Kedua, adalah cluster WDP (wajar dengan pengecualian). Artinya ada satu unsur dari tiga unsur kompetensi yang belum bisa dipenuhi. Oleh karena itu Kepadanya masih bisa diberi kesempatan untuk belajar dan memperbaiki kekurangannya.
Kekurangan bersifat permanen, tentunya akan sulit dilanjutkan sebagai pejabat eselon. Tapi setidaknya Gubernur dan Wakil Gubernur telah memberi satu kesempatan. Dan mekamisme ini bisa menghindarkan dari protes pejabat yang merasa dirugikan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Ketiga cluster Disclaimer atau tidak dapat diberi penilaian. Artinya pejabat bersangkutan memiliki kekurangan minimal dua dari tiga unsur kompetensi dan kemudian dipastikan akan sulit diberi amanah sebagai pejabat eselon.
Baca Juga: Islam, Kesatuan Nilai dalam Keberagaman Manusia
Kelompok ini bisa memperoleh satu jabatan sebelumnya tentu melalui beberapa skenario atau cara. Bisa saja melalui "pintu belakang, lompat jendela", atau karena user memanfaatkan hak progratifnya yang umumnya kurang mempertimbangkan unsur kompetensi.
Banyak pihak berharap kiranya Job Fit kali ini diselenggarakan megedepankan objektivitas dan profesionalisme. Harapannya output yang dihasilkan mampu menyajikan data berkualitas dan selanjutnya dipergunakan oleh Gubernur dan Wakilnya mengisi jabatan eselon.
Harapan lain bahwa hasil job fit itu memperoleh pejabat yang nilainya dominan berada pada cluster pertama. Yang jadi soal apabila hasil job fit tetsebut didominasi kelompok cluster kedua, dan lebih parah lagi jika cluster ketiga. Semoga hal ini tidak demikian adanya.
Tersiar kabar bahwa setelah job fit, pasangan Anwar - Reny kembali akan melaksanakan seleksi terbuka untuk mengisi jabatan eselon 2 ataupun 3. Kebijakan ini dinilai sejumlah pihak sebagai satu perubahan mendasar dan langkah maju.
Seleksi terbuka akan memberi peluang bagi pejabat atau ASN yang memilki prestasi maupun talenta agar bisa ikut bertarung mengisi jabatan eselon 2 dan eselon 3. Boleh dikata bahwa seleksi terbuka bagi Pemda Sulteng merupakan hal baru, dan patut diberi apresiasi.
Terakhir bahwa selain job fit dan seleksi terbuka, maka Pemda disarankan memiliki peta potensi akademik dari setiap pejabat dan ASN. Peta tersebut dinilai sangat penting dalam pengembangan karier dan pengisian jabatan akan datang, serta terhindar dari skenario lompat jendela atau melalui pintu belakang. (*)