pemerintahan

Sulteng Tuan Rumah Kegiatan Konferensi Nasional Mineral Kritis Indonesia

Kamis, 10 Oktober 2024 | 14:55 WIB
Pembukaan kegiatan Konferensi Nasional Mineral Kritis Indonesia yang dilaksanakan di Kota Palu, Sulteng, Rabu (9/10/2024).

METRO SULTENG - Sulawesi Tengah menjadi tuan rumah kegiatan Konferensi Nasional Mineral Kritis Indonesia. Kegiatan ini secara resmi digelar di provinsi berjuluk Negeri Seribu Megalith.

Peserta kegiatan ini berasal dari dua unsur, lembaga pemerintah maupun organisasi masyarakat. Ada 4 provinsi yang menjadi peserta. Yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) selaku tuan rumah.

Pjs Gubernur Sulteng Novalina Wiswadewa yang diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sulteng, Rudi Dewanto, membuka secara resmi kegiatan ini bertempat di Hotel Aston, Palu, Rabu (9/10/2024).

Baca Juga: Harapan dan Apresiasi Pemprov Sulteng kepada TNI di HUT ke-79

Rudi Dewanto menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Konferensi Nasional Mineral Kritis Indonesia.

Kegiatan ini menurut Rudi, merupakan momentum yang sangat strategis untuk membahas secara komprehensif mengenai tata kelola dan pengelolaan sumber daya mineral kritis, khususnya nikel, di indonesia.

Dimana sektor mineral kritis, termasuk nikel, memegang peranan vital dalam perekonomian global, terutama dalam era transisi energi.

"Nikel sebagai komponen utama dalam industri baterai, memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik," sebut Rudi.

Dengan meningkatnya permintaan global terhadap nikel, Sulteng sebagai salah satu wilayah penghasil utama, memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa sumber daya ini dikelola secara berkelanjutan.

Baca Juga: Penuhi Kuota 30 Persen di DPRD, Pjs Gubernur Sulteng Bangga dengan Perempuan Buol dan Sigi

Melalui konferensi ini, Rudi berharap dapat secara kritis mengulas berbagai aspek penting dari rantai nilai industri nikel. Mulai dari tata kelola yang baik, teknologi pengolahan yang ramah lingkungan, hingga peran serta masyarakat dalam memanfaatkan peluang yang ada.

"Tantangan besar yang dihadapi adalah memastikan industri nikel mampu berkembang dengan menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan terhadap ekosistem," ujar Rudi di hadapan para peserta.

Sebagai daerah penghasil, lanjutnya, Sulteng terus mendorong penerapan praktik pertambangan yang berkelanjutan melalui regulasi yang ketat dan pengawasan yang efektif.

Industri nikel menawarkan peluang besar, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi. Olehnya, penting untuk membangun sinergi yang mendukung pengembangan nilai tambah lokal bagi masyarakat sekitar serta meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

Baca Juga: Dishut Sulteng Evaluasi APBD 2024 dan Perkuat Sinergi Pengelolaan Hutan

Halaman:

Tags

Terkini