METRO SULTENG- Nelayan di Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Sulteng, mengeluhkan tidak memiliki prasarana yang memadai untuk menunjang kelancaran aktivitas melautnya, seperti tempat berlabuh atau dermaga yang aman saat musim ombak.
Ihwal ini membuat sejumlah nelayan yang tinggal di pinggir pantai di Kelurahan Matano tersebar untuk mencari lokasi alternatif, untuk melakukan kegiatan bongkar muat hasil tangkapan serta melakukan pemuatan peralatan melaut.
Prasarana yang ada dianggap tidak memadai saat ini, seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bungku, dimana jalur masuk dan keluarnya menyulitkan kapal-kapal nelayan. Ini karena pendangkalan atau sangat dangkal saat air laut surut.
Potret suka duka para nelayan Bungku ini nampak tercermin, dimana terungkap bahwa para nelayan melewati pagar pembatas objek wisata Pantai Matano berjalan sejauh 500 meter, untuk mengangkut hasil tangkapan ikan serta melakukan pemuatan peralatan melaut.
Baca Juga: Cuti Bersama Hari Raya Idul Adha 2023 Menunggu Keputusan Presiden.
Menanggapi problem ini, Kadis Perikanan Pemkab Morowali, Fajar menyebutkan bahwa kapal-kapal nelayan yang berukuran 30 Gross Tonnage (GT) itu bukan kewenangan Dinas Perikanan kabupaten.
"Ukuran 30 GT itu bukan kewengan Dinas Perikanan kabupaten. Kami sudah kasih solusi untuk cari lokasi yang aman. Apalagi sekarang sudah memasuki musim ombak, bisa ke Nambo atau bisa juga di Dermaga Bungku, nanti naik rakit," kata dia, Senin (19/6/23).
Terkait soal TPI Bungku yang sekarang dianggap tidak memadai, Fajar menyampaikan butuh anggaran besar untuk melakukan pengerukan serta perluasan agar kepal-kapal nelayan bisa tertampung.
"Itukan butuh biaya yang besar. Butuh waktu panjang. Harus dipersiapkan dan biayanya cukup besar," jawab dia saat disindir soal upaya dinas kabupaten agar TPI Bungku bisa dipergunakan sebagaimana mestinya. ***