METRO SULTENG-Era kendaraan listrik saat ini sudah mulai diterapkan seluruh dunia, beberapa negara maju sudah menggunakan kendaraan listrik dalam lima tahun terakhir ini. Bahkan Indonesia baru akan memulai dengan menyiapkan segala infrastruktur pendukung.
Namun siapa sangka, bahan baku baterai kendaraan listrik yang digunakan negara-negara maju seperti China, Jepang hingga Eropa itu berasal dari Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Baca Juga: 17 Penambang Emas Sungai Durian Tertimbun Longsor, 7 Tewas, 5 Masih Dicari
Adalah PT QMB New Energy Materials yang berada di Kawasan Industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebagai salah satu perusahaan yang membangun Pabrik di Morowali ini, memproduksi material energi baru dari bijih nikel laterit yang digadang-gadang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua secara global.
Bahkan peresmian pabrik jalur produksi hidrometalurgi asal China tersebut, dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidan g Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI, Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (26/9).
Menteri Luhut B Pandjaitan mengatakan, PT QMB menjadi bagian kerja sama strategis one belt one road antara Indonesia dan Tiongkok.
Ia juga menyebut bahwa PT QMB sendiri turut banyak membantu Indonesia kepada sektor industri yang lebih advance.
"Hari ini kita tidak hanya meresmikan pabrik hijau dan teknologi cerdas, tapi kita juga menyaksikan museum industri sumber daya nikel yang pertama dalam sejarah Indonesia," jelas Luhut Binsar Pandjaitan.
Atas dasar itu pula, kata dia, proyek pembuatan hidrometalurgi bahan baku energi baru bijih nikel laterit ini, akan ditunjukkan pada Forum G20 nanti bersama dengan pengembangan kereta api cepat di Bandung.
Baca Juga: Kemunculan Motor Listrik Etergo AppScooter Bikin Heboh, Skuter Mirip Vespa yang Mantap
Di tempat yang sama, Direktur PT QMB, Prof Xu Kaihua mengatakan, hari ini momen puncak lini produksi tahap pertama yang berkapasitas 30.000 ton pertahun dari proyek bahan baku energi baru dari bahan bijih nikel laterit berbasis hidrometalurgi.
Proyek ini sudah berlangsung selama tiga tahun lamanya. Hal itu diakibatkan oleh pandemi Covid-19 yang sebelumnya melanda dunia.
Didalam proyek ini juga, dibangun museum industri nikel kelas dunia dan pusat penelitian teknologi hidrometalurgi dan teknologi bahan energi baru.
Baca Juga: Punya Cuan 170 Jutaan Sudah Bisa Miliki Mobil Keluaran Baru Super Canggih dari Suzuki Grand Vitara
Proyek ini dirancang dan dibangun secara mandiri menggunakan bijih nikel laterit kadar rendah yang mengandung 0,8 - 1,3 % nikel yang tidak digunakan dalam proses pyrometallurgy.