ekonomi

Untad Mestinya Pelopori Ketahanan Pangan yang Jadi Isu Internasional

Sabtu, 5 Agustus 2023 | 08:44 WIB
Andono Wibisono, alumni Universitas Tadulako (Untad) Palu. (Foto: Dok.pribadi).

Oleh : Andono Wibisono (Alumni Untad

ISU pemanasan global. Perubahan iklim, krisis pangan, krisis energi menjadi beberapa topik bahasan dunia. Bahkan negara eropa berkumpul khawatir dampak pemanasan global mencairkan gunung es di belahan antartika.

Perubahan iklim global berdampak merubah siklus pasokan pangan dunia. Bahkan ancamannya nyata. Dampak perang Rusia - Ukraina juga merangsek dampaknya ke energi dan pangan.

Baca Juga: Kapolres Tojo Una Una AKBP S. Sophian Jalin Kemitraan Bersama Wartawan Lewat Ngopi Bareng

Indonesia, terancam dengan suplai pangan yang selama ini impor. Beras dari Thailand, Burman dan lainnya. Dalam sebuah rilis resmi Kementerian Pertahanan RI, mesti siap - siap bila hitungan terburuk negara pengimpor beras ke 250 juta manusia Indonesia dihentikan.

Gubernur Sulawesi Tengah kini sedang menyiapkan Kawasan Pangan Nasional (KPN). Sejumlah pihak diundang untuk berpartisipasi.

Bagaimana peran kampus? Di Sulawesi Tengah ada kampus terkenal yaitu Universitas Tadulako. Luasnya hampir 1/4 luas Kota Palu. Data terbaru mahasiswanya 53 ribu. Pengajarnya kualifikasi doktor dan profesor seiring tahun bertambah.

Universitas ini mengusung nama legenda tutur gelar Satria dalam budaya Kaili yaitu Tadulako. Gelar ini disematkan bagi seseorang yang berjasa, berani, leadership, berfikir dan bertindak untuk banyak orang, tegas, kuat, dan rendah hati ke bawah dan lemah lembut ke atas. Namun memiliki prinsip yang besar, bukan parsial, dan mengayomi semua.

Universitas Tadulako semestinya lebih aktualitatif menangkap isu isu strategis dan mendesak. Dengan hamparan luas kampus dan mempelopori klaster pangan berbasis tanaman lokal di setiap kampus.

Baca Juga: Gelar Profesor Dicabut, Mantan Rektor Untad dan Alumni Fakuktas Pertanian Angkat Bicara

Misalnya, kampus pertanian. Kampus peternakan, kampus - kampus lainnya yang kiri kanan masih memiliki lahan cukup besar.

Saya teringkat ketika almarhum Prof DR Mattulada, 1990, menyampaikan kuliah umum mahasiswa baru Untad.

‘’Kita memiliki laut di depan. Garis pantai panjang, belakang kampus anak anak gunung dan sekitar kita dikenal Bumi Kaktus. Pemikir sejati, ilmuwan itu akan tumbuh dan mewarnai sekitarnya di gurun tandus dan gersang,’’ ungkap rektor pertama kampus yang diperkirakan seluas 200 hektare itu.

Kini saya sangat terenyuh. Kalangan kampus masih diributkan soal tingginya UKT, soal hukum pejabat lama akibat konflik nyaris sewindu.

Untad, sekali lagi mesti Gercep (gerak cepat) menyiapkan konsep bahkan mempelopori pencetakan lahan tandus menjadi sawah siram, atau ladang siram, atau menjadi pusat pengembangan dan lokasi specis kaktus dunia yang dapat diolah menjadi bahan pangan.

Halaman:

Tags

Terkini