METRO SULTENG - Pekerjaan bendung D.I Gumbasa di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, mayoritas melibatkan tenaga kerja lokal setempat. Hampir tidak ada mobilisasi tenaga kerja dari luar, apalagi dari Pulau Jawa atau sekitarnya.
"Pemberdayaan masyarakat lokal menjadi prioritas kami. Dimana-mana kami bekerja, tidak pernah melalaikan hal satu ini,"kata Kepala Proyek (Kapro) PT Minarta Dutahutama pekerjaan D.I Bendung Gumbasa, Eko Prasetyo, ST., MT Selasa (16/8/2022).
Baca Juga: Pekerjaan Bendung Gumbasa Tiga Kali Dihantam Banjir
Baca Juga: Kadis PMD Morowali Diminta Tegas ke Semua Desa yang Menyalahgunakan Dana BUMDes, Tidak Tebang Pilih
Keberpihakan terhadap tenaga kerja lokal, akan sangat berisiko jika diabaikan pihak perusahaan. Bisa mengundang protes dari lingkungan sekitar proyek. Dan kendala non teknis bisa terjadi kapan saja.
"Kami tidak mau ambil risiko. Lokal konten (tenaga kerja) wajib pokoknya," ujarnya.
Selain itu, sebut Eko, geliat ekonomi tidak terjadi apabila abai dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal. Kehadiran perusahaan yang diharapkan bisa membantu, tapi justru mengecewakan.
"Karena komitmen kami, sudah setahun pekerjaan berjalan, alhamdulillah lancar di lapangan. Tidak ada protes perihal tenaga kerja lokal,"akunya.
Meski demikian, Eko tidak menampik tetap ada tenaga kerja dari luar. Namun jumlahnya sangat terbatas. Seperti staf kantor dan tenaga ahli (tenaga profesional) yang memang kiriman dari kantor pusat.
"Ada beberapa staf atau tenaga ahli yang didatangkan langsung oleh perusahaan untuk ditempatkan disini. Ini sudah ranah kebijakan perusahaan," ungkap Eko.
Baca Juga: 19 Eks Narapidana Terorisme Ikut Upacara Bendera Bendera HUT ke-77 RI di Polda Sulteng
Selain melibatkan tenaga kerja lokal, pihaknya juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar terkait urusan logistik. Seperti kebutuhan makan dan minum pekerja dan staf, serta kebutuhan pangan lainnya.
"Penawaran kerjasama dari masyarakat sekitar yang memungkinkan untuk diakomodir, kami akomodir. Ada simbiosis mutualisme begitulah,"tandas Eko. (icam djuhri/metro sulteng)