ekonomi

RI Berpeluang Jadi Produsen Udang Tangguh dan Disegani, Antara Lain Benahi Tiga Soal

Rabu, 3 Desember 2025 | 06:28 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: IST).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Indonesia dinilai berpeluang menjadi salah satu produsen udang tangguh dan disegani, bila mampu membenahi tiga soal secara masif - simultan.

Tangguh, disegani bermakna bahwa udang Indonesia bisa dijamin keamanannya secara konsisten (bebas cemaran biologis, kimia serta fisika).

Suplai tetap terjaga meski harga berfluktuasi mengikuti dinamika pasar dunia. Bisa update dan adaptif terhadap trend perubahan permintaan.

Negeri ini miliki keunggulan komparatif. Beriklim tropis, bergaris pantai 96 ribu km, dan memiliki 7 gugus pulau besar yang tidak dimiliki oleh negara kompetitor.

Baca Juga: Archipelagic State Beriklim Tropis, Modal Dasar Menjadi Perodusen Udang Terbesar, Peta Jalan Terukur Menjadi Kunci

Equador, sama-sama negeri tropis, namun dengan cara-cara baru, mampu mengelola potensi terbatas (garis pantai 2.237 km). Dan selanjutnya menempatkannya sebagai produsen udang terbesar.

Mereka mampu berproduksi 1.420.000 ton. Sementara itu Indonesia potensinya sangat besar, hanya berada pada posisi kelima sebesar 492.000 ton setelah Equador, China, India serta Vietnam (Seafood Megazine, 2024).

Sumberdaya manusia sangat berperan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya lainnya, wujudkan sebagai produsen udang tangguh dan disegani.

Tiga soal terkait sumberdaya manusia yang mesti segera dibenahi yaitu perubahan mindset, mitigasi risiko dan tatakelola industri berbasis kewilayahan.

Mindset tatakelola hulu dan hilir saatnya diubah. Dari mindset dagang ke industri. Dari pendekatan produksi ke permintaan pasar.

Baca Juga: Ekspor Udang ke AS Dibuka, Mindset Mesti Berubah Guna Meningkatkan Kontribusi di Pasar Global dan Disegani

Stakeholders harus memiliki visi dan tindakan yang sama terhadap keinginan menjadi produsen tangguh, disegani oleh pasar dunia.

Tidak lagi berpikir parsial dan sendiri sendiri. Bekerja mesti berdasarkan standar, aturan yang berlaku. Kesalahan di hulu memengaruhi hilir, dan sebaliknya.

Budaya mitigasi risiko mesti dibangun, dengan biasakan "catat apa yang dikerjakan, kerjakan apa yang dicatat". Filosofi ini sederhana, namun membiasakan kerja terukur dan tertelusur.

Pengecekan kesehatan benur sebelum ditabur jadi salah satu contoh. Menabur benur berukuran lebih besar karena melalui nursery, merupakan upaya mitigasi risiko yang lagi naik daun.

Halaman:

Tags

Terkini