METROSULTENG— PT Huayue Nickel Cobalt (HYNC) memperkuat komitmen penerapan industri hijau di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melalui pengoperasian sistem pipa slurry jarak jauh untuk distribusi bijih nikel limonit. Teknologi ini dinilai lebih aman, efisien, dan rendah emisi dibanding metode pengangkutan konvensional.
Pipa slurry yang mulai dibangun pada akhir 2020 tersebut dirancang khusus untuk mengalirkan campuran air dan bijih nikel dalam bentuk lumpur. Setelah melalui dua tahun masa konstruksi, sistem ini resmi beroperasi pada Januari 2023. Bahan baku limonit yang dipasok ke pabrik HPAL HYNC di kawasan IMIP berasal dari area pertambangan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Jalur pipa membentang lebih dari 60 kilometer, melintasi pegunungan dan lembah dengan topografi yang kompleks hingga selisih elevasi 640 meter. “Teknologi ini memungkinkan pengangkutan bijih limonit menjadi lebih lancar, aman, ramah lingkungan, dan rendah karbon. Penggunaan pipa slurry menghindarkan hambatan jalan hauling saat musim hujan, menurunkan biaya transportasi, serta mengurangi risiko kecelakaan kerja,” kata Executive General Manager PT HYNC, Huang Shanyun.
Huang menjelaskan bahwa seluruh proses perancangan, pemilihan material, hingga konstruksi jalur pipa telah mengikuti standar internasional. Penerapan teknologi dan peralatan modern juga memastikan efisiensi energi dan stabilitas operasional.
Sebelum dialirkan ke pabrik HYNC, bijih limonit terlebih dahulu dipisahkan dari material tidak diperlukan di Feed Preparation Plant PT SCM. Material yang telah memenuhi standar kemudian masuk ke thickener untuk memperoleh tingkat konsentrasi ideal sebelum dipompa menuju pabrik pelindian bertekanan tinggi (HPAL).
Setibanya di kawasan IMIP, slurry melewati stasiun penurun tekanan (energy dissipation station) sebelum diproses menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP), bahan baku utama industri baterai kendaraan listrik. Teknologi pipa slurry ini diklaim mampu mengurangi emisi pengangkutan bijih hingga 30 persen dibanding metode sebelumnya, sekaligus menjadi yang pertama digunakan di industri nikel Indonesia.
Dengan kapasitas angkut mencapai 12 juta ton limonit per tahun, sistem ini dinilai sangat efisien dan lebih aman bagi ekosistem sekitar. Jalur pipa ditanam mengikuti jejak jalan tambang sehingga tidak memerlukan pembukaan lahan baru, serta menghindari polusi udara maupun kebisingan yang biasanya muncul dari aktivitas truk dan kapal tongkang.
Selain itu, teknologi ini meminimalkan ketergantungan terhadap kondisi cuaca dan kondisi jalan, sehingga pasokan bijih dapat berlangsung stabil dan tanpa jeda bongkar-muat. Operasional pipa hanya membutuhkan sekitar sepersepuluh biaya transportasi truk.
“Dibandingkan dengan penggunaan ratusan truk setiap hari, pipa slurry secara signifikan mengurangi konsumsi bahan bakar diesel,” ujar Huang. Ia menegaskan bahwa sistem tersebut dilengkapi pemantauan otomatis berbasis komputer dengan sensor tekanan, aliran, dan ketebalan pipa yang dipantau sepanjang waktu. Personel juga melakukan patroli rutin untuk menjaga keamanan jalur.
Baca Juga: KPK Soroti Pembebasan Ira Puspadewi oleh Presiden : Status Sebagai Terpidana Tidak Berubah
Dalam aspek lingkungan, PT HYNC memastikan penerapan sistem ini sesuai dokumen Amdal dan secara berkala menyampaikan laporan RKL-RPL kepada pemerintah setiap enam bulan. Dengan demikian, penggunaan pipa slurry menjadi salah satu inovasi transportasi bijih nikel yang dinilai lebih aman, efisien, serta memberikan dampak lingkungan paling minimal di sektor industri nikel. (*)