ekonomi

Archipelagic State Beriklim Tropis, Modal Dasar Menjadi Perodusen Udang Terbesar, Peta Jalan Terukur Menjadi Kunci

Kamis, 20 November 2025 | 06:17 WIB
Proses panen udang Vaname. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo..

Sterilisasi guna memperbaiki mutu air, tidak lagi memakai bahan kimia. Diganti dengan
sterilisasi yang berbasis fisik (sinar UV dan elektrolisis), agat lebih ramah lingkungan sebagaimana tuntutan oleh pasar global.

Baca Juga: Percepatan Industrialisasi Udang Parimo Mendesak, Bupati Erwin Gelar Diskusi Bersama Pelaku Usaha

Buangan air kolam budidaya mesti ditangani, sehingga tidak mengganggu ekosistem perairan yang menjadi air sumber industri budidaya. Harapannya produksi udang bisa berkelanjutan.

Pada off farm hilir (hilirisasi) memperbesar nilai tambah jadi kunci. Menjaga mutu dan diversifikasi serta keamanan pangan menjadi prinsip yang mesti dicapai, dipertahankan.

Harmonisasi hubungan off farm dan on farm menjadi salah satu katalisator positif. Mesti terbangun komitmen yang sama bahwa daya saing itu bisa dicapai bila dikemas dalam satu visi yang sama.

Hal yang tidak kalah penting dalam peta jalan tersebut adalah peran pengawasan dan pembinaan terhadap implementasi standarsasi pada off farm dan on farm.

Baca Juga: Catatan Dr. Atjo Pada Raker SCI dan Seminar Daya Saing Industri Udang di Jakarta 24 - 25 September 2025: Semua Mesti Peduli

Berdasar seafood megazine (2024) posisi ndonesia berada pada peringkat lima dengan produksi udang 492.000 ton dibawah Equador, China, India dan Vietnam.

Sementara Equador beriklim tropis, garis pantai terbatas 2.237 km, namun mampu menjadi produsen terbesar dengan produksi 1.450.250 ton, tiga kali Indonesia.

Priode 2000 - 2010 menjadi masa pelik industri udang Equador. Produksi udang pada saat itu anjlok kurang dari 100.000 ton akibat kasus penyakit yang merebak dzn tidak terkendali.

Membuat peta jalan agar bisa keluar dari persoalan menjadi strategi mereka. Peta jalan itu terus menerus mereka evaluasi dan kemudian disempurnakan.

Kesuksesan industri breeding memicu kebangkitan mereka, setelah sukses memproduksi induk udang tahan penyakit dan adaptif terhadap gejolak lingkungan.

Regulasi Penerintahnya tidak memperbolehkan mrlakukan impor induk, namun izinkan mengekspor, sebagai upaya memproteksi penyakit tidak masuk dari luar.

Baca Juga: Apakah Bisnis Udang Masih Prospek Ditengah Hantaman Penyakit dan Anjloknya Harga?

Tidak berhenti sampai disitu, mereka kembangkan inovasi budidaya two step, menabur benih ukuran besar (20 - 25 hari berada di kolam nursery) dan selanjutnya dibesarkan di tambak.

Selanjutnya pengembangan efisiensi terus dilakukan, antara lain memanfaatkan sensor IOT dalam pemberian pakan, menghidupkan motor
suplai oksigen dan mengukur kualitas air.

Halaman:

Tags

Terkini