ekonomi

Ekspor Udang ke AS Dibuka, Mindset Mesti Berubah Guna Meningkatkan Kontribusi di Pasar Global dan Disegani

Senin, 17 November 2025 | 14:16 WIB
Budidaya udang vaname. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: Dok).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Amerika Serikat menyetop impor udang dari Indonesia, setelah FDA (Food and Drugs Administration) mendeteksi udang beku asal Indonesia terpapar radioaktif Cesium 137 (Cs-137), pertengahan Agustus 2025.

Meskipun kadarnya dibawah ambang batas, yaitu sebesar 68 Becquerel per kilogram (68 bq/kg), dibawah standar Nasional (500 bq/kg) dan FDA AS (1200 bq/kg), penemuan itu membuat heboh sejagat raya, karena CS-137 sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Penutupan sementara ekspor udang ke AS (tengah Agustus hingga akhir Oktober 2025), memberi tekanan yang berat bagi keberlanjutan industri udang nasional, yang menjadi salah satu andalan sektor KP dalam penyerapan tenaga kerja dan perolehan devisa.

Baca Juga: Udang Beku untuk Ekspor Terkontaminasi Radioakif, DPR Pertanyakan Keamanan Konsumsi Dalam Negeri

Jumlah orang dipekerjakan (hulu dan hilir) diperkirakan pernah mencapai 1 juta orang dan devisa sebesar US$ 2,3 milyar (2021) dengan volume ekspor 241.101 ton. Setelah itu ekspor dan devisa terus mengalami penurunan.

Tahun 2024 ekspor udang Indonesia menurun menjadi 202.454 ton, berkontribusi sebesar 7,09 % mengisi pasar udang dunia. Ironinya sekitar 63 % pasar udang Indonesia bergantung ke AS, sisanya ke Jepang, UE dan lainnya.

Tahun 2025, ekspor udang diperkirakan tidak melebihi ekspor tahun 2024. Kinerja ekspor hingga triwulan tiga sebesar154.201 ton. Ekspor triwulan ke empat diprediksi kurang dari 40.000 ton karena panen ukuran kecil dan tunda penebaran dampak tutupnya ekspor ke AS.

Ekspor udang ke AS dibuka kembali per 31 Oktober 2025, setelah terjadi kesepakatan antara Pemerintah melalui Badan Karantina KKP dengan FDA AS. Pencabutan tersebut disambut suka cita pelaku industri udang tanah air.

Baca Juga: Bisnis Udang RI Makin Pelik, Bisa Produksi Tapi Sulit Jual, Pembenahan Mesti Totalitas

Hanya saja terkendala proses keluarnya sertifikat bebas CS-137, dan membutuhkan waktu cukup lama karena keterbatasan infrastruktur pengujian. Ini menambah persyaratan jumlah sertifikat
ekspor dan perlu disikapi.

Penutupan ekspor sementara bisa diambil hikmahnya dan menjadi pembelajaran bagi stakeholders guna menyusun strategi meningkatkan daya saing dan bertekad menjadi salah satu kontributor utama udang dunia yang disegani.

Setidaknya Indonesia dalam lima tahun mendatang (akhir tahun 2030) ditargetkan bisa mengisi pasar udang dunia menjadi 15%, meningkat dua kali dari sebelumnya. Dan target ini sesungguhnya tidak sulit untuk dicapai.

Mindset stakeholders mesti berubah, dari pendekatan dagang ke mindset industri.
Selain itu kekompakan hulu dan hilir perlu dibangun dan dijaga. Setidaknya ada empat pilar faktor pembatas perlu disikapi, dibuat streteginya.

Baca Juga: Pasca Terpapar Radioatif dan Antibiotik, Tantangan Industri Udang Perlu Dibenahi Secara Holistik dan Totalitas

Halaman:

Tags

Terkini