ekonomi

BPDP Bekerja Sama dengan Kementan, Beri Penguatan Kelembagaan kepada Petani Sawit Pasangkayu

Selasa, 8 Juli 2025 | 19:55 WIB
Kepala BBPP Batangkaluku, Jamaluddin Al Afgani, saat membuka kegiatan pelatihan penguatan kelembagaan untuk petani sawit Kabupaten Pasangkayu, Selasa 8 Juli 2025. Kegiatan pelatihan digelar di Hotel Aston Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: IST).

METRO SULTENG – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bekerja sama dengan Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, meningkatkan pengetahuan manajemen warga Pasangkayu melalui kegiatan Pelatihan Penguatan Kelembagaan Tahun 2025.

Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, Jamaluddin Al Afgani, secara resmi membuka kegiatan pelatihan penguatan kelembagaan bagi petani sawit asal Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Selasa 8 Juli 2025.

Baca Juga: KP3 Sulteng Siapkan Logical Framework, Usulan Pembangunan Pertanian untuk Berani Makmur dan Berani Sejahtera

Pelatihan dilaksanakan di Hotel Aston Palu, Sulawesi Tengah. Pelatihan berlangsung mulai tanggal 7-16 Juli 2025. Pesertanya 59 orang terdiri dari dua angkatan, angkatan I dan angkatan II.

Peserta pelatihan melakukan foto bersama setelah acara pembukaan.
Dalam sambutannya, Jamaluddin menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk perhatian serius pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, dalam meningkatkan kapasitas kelembagaan petani sawit.

"Alhamdulillah, hari ini kita bisa berkumpul di tempat ini untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Ini adalah bentuk kepercayaan pemerintah kepada BBPP Batangkaluku untuk melaksanakan pelatihan yang sangat penting ini," ujar Jamaluddin.

Mewakili Pemerintah Kabupaten Pasangkayu hadir di kegiatan tersebut yakni Sekretaris Dinas Perkebunan dan Peternakan Pasangkayu.

Baca Juga: Hadiri RDP DPRD Sulteng, PT KAM Siap Selesaikan Masalah Plasma Sawit di Morut

Jamaluddin menekankan, sangat penting para petani sawit bergabung di sebuah kelembagaan yang solid. Bila petani tergabung dalam kelompok atau lembaga, maka memiliki posisi tawar yang lebih baik, terutama dalam hal negosiasi harga dan kerja sama dengan perusahaan mitra.

“Ketika petani berada di luar kelembagaan, maka sangat lemah posisinya dalam bernegosiasi. Tapi kalau berada dalam organisasi yang kuat dan berjalan sesuai aturan dan SOP, maka hak dan kewajiban antara petani dan perusahaan akan terpenuhi secara seimbang,” jelasnya.

Ia juga berharap pelatihan ini bisa memperkuat kapasitas manajerial pengurus kelembagaan petani sawit. Terlebih lagi, peserta didominasi oleh generasi milenial yang dianggap sebagai penerus masa depan pertanian di Sulawesi Barat, khususnya di Kabupaten Pasangkayu.

Baca Juga: Bupati Touna Tinjau Bibit Sawit Unggul di Sumut, Pastikan Kualitas untuk Petani

“Kita berharap ke depan, Pasangkayu makin dikenal. Pertama karena kelembagaan petaninya yang solid, kedua karena pengelolaan lahannya yang berkelanjutan,” katanya.

Hal menarik lainnya yang disoroti Jamaluddin adalah komposisi peserta yang menunjukkan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.

Ia menyebut keterlibatan kaum perempuan dalam dunia pertanian sebagai hal positif yang membawa dampak besar. Terutama dalam aspek manajerial dan pengelolaan keuangan.

Halaman:

Tags

Terkini