ekonomi

Kebutuhan Ikan Nila Sulteng Dipasok Gorontalo dan Sulsel, Peluang dan Tantangan Program BERANI Tangkap Banyak

Rabu, 21 Mei 2025 | 09:46 WIB
Budidaya ikan Nila sistem kolam bioflok. Foto insert: Dr Hasanuddin Atjo. (Foto: IST).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
(Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Sulteng)

Perjalanan dari Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noer Banjarmasin ke Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya tertunda, disebabkan alasan teknis operasional.

Kemudian mendapat informasi melalui WhasthAap dari beberapa pedagang pengecer ikan Nila di Pasar Masomba dan Manonda di Kota Palu, bahwa ikan Nila yang mereka perdagangkan pada umumnya dipasok oleh provinsi tetangga Gorontalo dan Sulawesi Selatan.

Bahkan kebutuhan Kabupaten Morowali dan Morowali Utara yang diramaikan oleh puluhan ribu pekerja tambang nikel dan warga lokal, juga lebih banyak disuplai oleh kedua provinsi itu. Padahal Kabupaten Poso, tetangga dua kabupaten nikel itu memiliki sumberdaya air tawar melimpah.

Baca Juga: BERANI Panen Raya dan BERANI Tangkap Banyak, Dinilai Strategis Bagi Ketahanan Pangan dan Fiskal

Agak terkejut mendengarkan infofnasi itu. Namun kemudian terlintas dalam pikiran bahwa kondisi ini bisa dimanfaatkan menjadi peluang bisnis, meski tantangan bagi provinsi yang kaya akan nikel dan memikiki cadangan air tawar yang cukup, karena keberadaan dari Danau Poso, Danau Lindu, dan danau lainnya.

Komoditi yang di-introdusir ke Indonesia dari Afrika Selatan sekitar tahun 1960, saat ini secara nasional berkembang sangat pesat untuk menunjang program ketahanan pangan dan sekakigus sumber devisa, karena bisa diekspor.

Gubernur Anwar Hafid bersama Wagub Reny Lamadjido telah menetapkan Progran 9 BERANI untuk mewujudkan Visi Sulteng sebagai "Wilayah Pertanian dan Industri Pengolahan Maju dan Berkelanjutan", dinilai relevan dengan kebutuhan.

Berani Tangkap Banyak sebagai satu diantara program 9 Berani itu, bisa dimaknai bagaimana model rancangan peningkatan prduktifitas, nilai dan efisiensi poduksi komoditi ini, sehingga daya saingnya meningkat dan bisa menggeser peran provinsi tetangga.

Baca Juga: Bawang Goreng Palu Belum Mampu Penuhi Permintaan, PR Program Berani Panen Raya

Komoditi yang menjadi leading sektor Dinas KP (Kelautan dan Perikanan) Sulteng ditinjau dari regulasi tidak lagi menjadi soal untuk diberi alokasi anggaran mengembangkan komoditi ini menjadi salah satu unggulan, dalam mewujudkan ketahanan pangan dan devisa.

Ketahanan pangan bermakna ada jaminan ketersediaan dari komoditi ini. Kemudian harga terjangkau oleh daya beli. Dan terakhir komoditi ini juga aman untuk dikonsumsi. Artinya HPP (harga pokok produksi) harus bisa ditekan agar komoditi ini memiliki daya saing dan bisa dijangkau.

Menekan HPP bukan perkara mudah karena terkait dengan ketersediaan input produksi (benih bermutu, pakan dan prasarana lainnya), transfer inovasi dan teknologi serta dukungan permodalan maupun jaminan pasar.

Integrasi program dari Berani Tangkap Banyak (Dinas KP) dan Berani Murah (Dinas Pangan) akan menjadi salah satu kunci sukses terkait capaian target progran Ketahanan Pangan. Tidak cukup hanya sukses memproduksi dan memberi nilai tambah.

Baca Juga: Brigade Pertanian Pemprov Sulteng Dinilai Penting Wujudkan Berani Panen Raya dan Berani Sejahtera Dengan Beberapa Catatan

Halaman:

Tags

Terkini