ekonomi

APA SURABAYA 2024: Penyakit, Genetik, Nursery, dan Pakan Fungsional Isu Utama, Potensi SDA Bukan Penentu

Rabu, 10 Juli 2024 | 16:53 WIB
KIRI KE KANAN: Direktur Kelautan Bappenas, Dirjen Perikanan Budidaya KKP, T.B Heru, dan Hasanuddin Atjo. (Foto: Ist).

Baca Juga: Sulteng Berpeluang Jadi Sentra Udang Nasional

Produksi benur Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan hanya kurang lebih 40 milyar ekor (Waiso, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pembenihan Udang). Selanjutnya produksi udang nasional  berdasarkan hitungan pakan yang beredar diprediksi maksimal 400.000 ton (Fauzan, Gold Coin 2023).

Berdasarkan data ini, maka produktivitas per 1 juta benur pada tahun 2022 sebesar 10 ton udang. Dikaitkan dengan struktur produktivitas maka kinerja budidaya udang negeri ini termasuk katergori sedang level bawah, nyaris kurang.

Meningkatkan kinerja budidaya di Indonesia tentu diperlukan strategi solusi.  Belajar dari Ekuador dan Vietnam, maka tiga faktor utama yang menjadi fokus kedua negara tersebut yaitu: Menekan kasus penyakit, Meningkatkan pertumbuhan, dan Menekan Feed Convertion Ratio (FCR).

Menekan terjadinya penyakit Ekuador melakukan perbaikan genetik induk, sehingga saat ini negara tersebut memiliki tiga line genetik yaitu: (1) line Fast growt (tumbuh cepat, daya tahan kurang), (2) line balanced (seimbang antara pertumbuhan dan daya tahan), dan (3) line resitant (lebih tahan tapi laju tumbuhnya kurang).

Selain itu, pada saat proses budidaya diterapkan sistem multistep yaitu bididaya yang dilakukan dengan dua hingga tiga tahap . Benur dari hatchery dipelihara terebih dahulu pada kolam nursery,  berada dalam satu kawasan dengan kolam pembesaran.

Baca Juga: Teknologi Budidaya Udang ala Ekuador, Telah Diujicobakan di Kabupaten Parigi Moutong Sulteng

Di Nursery dipelihara selama 2 hingga 3 minggu dalam ruang tertutup. Diberi pakan khusus nursery dengan protein antara 45 - 55 persen. Selain itu, pakan khusus tersebut lelah dilengkapi ingredient untuk imunitas dan merawat hepato pankres benih udang, dusebut pakan fungsional.

Tahap berikutnya benur hasil nursery ditransfer ke kolam pembesaran, dikenal dengan istilah growout. Cara pindah biasa dilakukan dengan sistem gravitasi memakai pipa atau selang. Kalau selevel antara nursery dan growout memakai pompa khusus yang disebut fish pump.

Selama di growout dengan interval waktu tertentu diberi pakan fungsional, tujuannya untuk meningkatkan immun, merawat hepato pankreas dan untuk memacu laju tumbuhnya. Selain itu pemberian pakan menggunakan mesin pelontar yang bisa diatur volume dan frekuensi lontar secara dilgital.

Dengan cara-cara seperti yang disebutkan di atas, tingkat kegagalan bisa ditekan. FCR atau  konversi pakan bisa lebih irit dan otomatis HPP, harga pokok penjualan bisa lebih murah tentunya. Informasi terakhir bahwa saat ini HPP Ekuador selisih satu dollar US, lebih murah dari Indonesia.

Baca Juga: Menteri Kelautan Menilai Teknologi Budidaya Udang Masih Tertinggal, Penyebab Produktivitas Rendah

Dari pelaksanaan APA tahun 2024, Indonesia kiranya bisa menyusun satu SOP baku guna bisa keluar dari masalah HPP, penyakit dan masalah lainnya. Setidaknya produktivitas per 1 juta benur dan per km garis pantai bisa ditingkatkan. 

Terakhir, teriring ucapan sukses untuk panitia penyelenggara APA 24, terutama sahabat Iwan Sutanto, Rully dan komponen terkait yang telah bekerja keras untuk kemajuan industrialisasi Akukultur Nasional. SEMOGA. (*)

Halaman:

Tags

Terkini