ekonomi

Petani Tambak Udang Petasia Timur Khawatirkan Dampak Limbah Tambang Nikel dan Sawit

Minggu, 19 Mei 2024 | 09:43 WIB
Mustamin (tengah) saat bersama Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng Arif Latjuba (kiri) dan Hasanuddin Atjo selaku mantan Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng yang juga praktisi udang vaname.

METRO SULTENG - Petani tambak udang vaname di Desa Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, mulai khawatir dengan dampak pembuangan limbah di wilayah mereka.

Keberadaan tambang nikel dan perusahaan sawit yang beroperasi di Kecamatan Petasia Timur dapat mengancam budidaya udang karena limbahnya.

Hal itu disampaikan oleh salah seorang petani tambak asal Desa Ungkea, Mustamin, dalam forum seminar nasional bertajuk "Budidaya Udang yang Efektif, Efisien, Berkelanjutan, dan Berdaya Saing Global".

Baca Juga: Kisah Pilu Pengungsi Korban Banjir Jilid II di Kabupaten Morowali Utara

Seminar nasional digelar di Swiss-Belhotel Palu, Sabtu (18/5/2024).  Ada lima pembicara yang tampil di seminar nasional hari itu, beberapa diantaranya praktisi budidaya udang.

Menurut Mustamin, ia hadir bersama empat orang lainnya dari Desa Ungkea. Mereka tergabung dalam kelompok Mutiara Laut.

Petani tambak udang dari Desa Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, saat foto bersama Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng dan mantan Kadis di acara seminar nasional di Palu, 18 Mei 2024. (Foto: Ist).
"Kebetulan Morowali Utara ini dijuluki kabupaten TTS, ada Tambang, ada Tambak, ada Sawit. Selain tambak, tetangga sebelah kami ada dua jenis, tambang dan sawit. Limbah tetangga ini sekarang yang mulai meresahkan," kata Mustamin di forum itu.

Saat ini, limbah tambang nikel berupa tanah merah, airnya sudah turun ke laut melalui arus sungai. Begitu juga limbah sawit. Limbah tersebut dapat mengancam produktivitas tambak udang yang mengandalkan air laut.

Baca Juga: Pergantian Shift Pekerja Industri Nikel, Simpang Tiga Tompira Ramai Lancar, Polantas Sibuk

"Ini dapat mengganggu aktivitas kami sebagai petani tambak. Karena kualitas air sangat berpangaruh," curhat Mustamin mewakili petambak.

Saat panen beberapa waktu lalu, dalam setiap haktar kolam ditabur benur 1.050.000. Hasil panennya 20 ton. Perlu digenjot lagi sehingga bisa tembus 35 ton.

"Kalau mendengar paparan tadi, berarti hasil panen kami belum mencapai. Alhamdulillah kemarin kami tebar lagi benur, 1.200.000 per hektar. Semoga bisa capai target panen seperti yang kita bahas hari ini," harap pria yang juga Camat Petasia Timur itu.

Petambak tradisional di Desa Ungkea, lanjutnya, sudah bekerjasama dengan beberapa perusahaan mitra yang berskala besar. Bahkan sudah tandatangan kontrak kerjasama.

Perkembangan budidaya udang di desa itu diharapkan bisa terus meningkat. Petambak bisa berdaya, masyarakatnya juga sejahtera.

Baca Juga: Meriahkan HKN ke-31 dan Hari Buruh Internasional, PT ANA Sukseskan Pelayanan KB Serentak

Halaman:

Tags

Terkini