ekonomi

Melihat Dari Dekat IMIP, Kawasan Industri yang mengelolah Bijih Nikel Terbesar di Asia Tengara serta Kehidupan Masyarakat Sekitar

Senin, 11 Maret 2024 | 16:19 WIB
Pabrik pengolaan bijih nikel manjadi stainless di IMIP (FOTO: METRO SULTENG)

METRO SULTENG-Tak ada yang mambayangkan jika Kabupaten Morowali yang berada wilayah paling ujung tenggara Provinsi Sulawesi Tengah yang dahulunya adalah daerah terpencil yang miskin kini menjadi daerah yang maju dengan industri penghasil devisa terbesar bagi negara yang juga mendorong pembangunan di Sulteng.

Tepatnya di Kecamatan Bahadopi yang jaraknya sekitat 318 kilometer arah tenggara kota Palu ibu kota Sulteng. Sekitar 10 tahun lalu tepatnya 15 Oktober 2013, sebuah kawasan industri nikel di wilayah itu mulai dikembangkan menjadi kawasan industri nikel terbesar di Asia Tenggara.

Benama Indonesia Morowali Industrial Park dibawah bendera PT IMIP berlokasi di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali berdiri diatas lahan 2.000 Hektar berdiri kawasan industri pengelolaan bijih nikel.

IMIP adalah kawasan industri yang luasnya kini sekitar 5.000 hektar menuju 6.000 hektar. Didalamnya terdapat 54 pabrik logam terkait nikel yang mayoritas adalah investasi asing di dalam kawasan itu. Ada dari China, Jepang, dan Australia.

IIMIP bukanlah perusahaan penambangan bijih nikel seperti yang dipresepsikan banyak orang. Seperti perusahaan-perusahaan tambang nikel misalkan PT Vale (dulu INCO).

Baca Juga: Pajak Poso Berikan Apresiasi Wajib Pajak Kontributif Melalui Pekan Panutan dalam Tax Gathering, IMIP Raih Kontribusi Terbesar Pajak Kawasan Industri

Pabrik yang berada di kawasan IMIP mengelola bijih nikel yang dibeli dari perusahaan-perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Morowali dan beberapa daerah di Sulteng ternasuk perusahaan penambangan nikel dari Sulawesi Tenggara.

Ada puluhan perusaahan tambang nikel yang beroperasi di Morowali yang mayoritas dikolola oleh pengusaha-pengusah dalam negeri.

Tak sedikit juga pengusaha lokal Morowali yang memiliki izin usaha pertambangan nikel yang menjual hasilnya yang masih dalam bentuk tanah nikel ke IMIP.

Sebelum IMIP berdiri, tahun 2010-2012 saat nikel mulai booming ketika Cina mulai mengelolanya, banyak pengusahan tambang tanah air harus mengekspor ore nikel yang masih dalam gumpalan tanah ke Cina lewat kapal tongkang.

Namun sistem itu tidak memberi keuntungan ekonomi bagi Indomesia. Setelah itu diterbitkan peraturan pemerintah RI yang Kala itu tahun 2013 di jabat Susilo Bambang Yudhoyono mewajibkan investasi asing membangun pabrik. Maka berdirilah IMIP sebagai salah satu investasi dibidang industri pengelolaan bijih nikel.

Hanya dalam waktu 10 tahun, pembangunan kawasan IMIP telah merubah Morowali menjadi daerah sumber devisa terbesar. Ribuan orang dari berbagai daerah di tanah air bekerja di IMIP yang secara otomatis ikut mendongkrak ekonomi warga sekitar.

Sektor-sektor ekonomi tumbuh mengeliat menjadi sumber pedapatan warga. Sebut saja usaha warung makan, jajanan ringan, perbengkelan, kos-kosan hinngga jasa-jasa ekonomi lainnya. Kini Bahadopi bak madu yang diserbu lebah.

Baca Juga: IMIP Bersama Warga Mengurai Solusi Penanganan Sampah untuk wilayah Bahodopi Morowali

Namun seiring perkembangan IMP, mulai munculkan dampak sosial perkotaan, seperti penatan ruang kota kota, pengelolaan sampah rumah tanggah dan jalan negara yang makin sesak karena belum diperlebar.

Halaman:

Tags

Terkini