ekonomi

NTP Tiga Subsektor di Sulawesi Tengah Kurang dari 100 Persen, Perlu Upaya Serius

Rabu, 7 Februari 2024 | 08:41 WIB
Ketua KP3 Sulteng Dr Hasanuddin Atjo (kedua dari kanan) bersama Sekretaris KP3 Sulteng Muhamad Adam (kiri), Haerawaty pengurus KP3 Kota Palu, dan Haerul (kedua dari kiri) suplier beras di Kota Palu. (Foto: Ist).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo, Ketua KP3 Sulteng

NTP, Nilai Tukar Petani dimaknai sebagai indeks yang diterima oleh petani dibagi dengan indeks yang dibayarkan atas usaha tani yang digelutinya dan dinyatakan dengan satuan persen.

NTP, salah satu indikator melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga bisa menunjukkan daya tukar (term of trade) produksi pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Bila NTP kurang dari 100 persen, memberi indikasi bahwa kelompok ini tidak memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, atau usaha taninya. Apalagi bila dikaitkan kemampuan saving atau menabung yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan.

Baca Juga: Komisi Penyuluhan Pertanian Sulteng Sarankan Konsep KPN Talaga Perlu Diubah

NTP gabungan Sulteng (pertanian, perikanan dan peternakan serta perkebunan), di bulan Desember tahun 2023 berdasarkan data BPS Sulteng sebesar 114,63 persen, naik sebesar 2,22 persen terhadap NTP bulan sebelumnya.

Hanya saja NTP ini masih dibawah NTP nasional yang pada saat itu sebesar 117, 76 persen, atau naik sebesar 0,88 persen. Berdasarkan catatan yang ada, NTP di Sulteng belum pernah melewati rata-rata nasional. Namun terlihat jarak dari rata-rata nasional semakin kecil.

Sebagai gambaran bahwa NTP Sulteng pada bulan Desember tahun 2020 hanya sebesar 95,41 persen, tahun 2021 naik menjadi 103,51 persen, dan pada bulan Desember tahun 2022 menurun kembali menjadi 101,57 persen.

Namun pada Desember 2023 NTP bisa melompat signifikan menjadi 114,63 persen, meningkat dua digit sebesar 13,06 persen. Prestasi ini tentunya patut mendapat apresiasi dan harus terus didorong, minimal bisa dipertahankan.

Meningkatnya nilai NTP pada bulan Desember tahun 2023 disebabkan oleh meningkatnya nilai tukar pada beberapa subsektor lebih besar dari 100 persen. Antara lain NTP hortikultura sebesar 159,33 persen, tanaman perkebunan rakyat 124,16 persen, dan subsektor peternakan sebesar 102,50 persen.

Sementara itu NTP tiga subsektor lainnya dibawah 100 persen, yaitu subsektor tanaman pangan  96,18 persen, nelayan 94,82 persen dan pembudidaya ikan 93,25 persen. PR kita adalah, bagaimana strategi agar NTP dari tiga subsektor yang rendah tersebut bisa ditingkatkan melewati angka 100 persen.

Baca Juga: Soal KPN Talaga, Gubernur Respons Usulan Komisi Penyuluhan Pertanian Sulteng

Yang memprihatinkan bahwa nilai tukar nelayan, NTN Sulteng pada dekade tahun 2009 hingga 2019 berada pada kisaran 110 - 114,5 persen, tertinggi diantara subsektor dan menjadi tiga besar nasional. Ditengarai anjloknya NTN tersebut karena menurunnya produktivitas dan makin mahalnya harga input produksi seperti BBM dan logistik dalam rantai pasok.

Sementara itu kedua subsektor lainnya tercatat  belum pernah melewati angka 100 persen. Namun patut diapresiasi karena nilai tukar kedua subsektor ini dalam kurun waktu 10 tahun terakhir  tumbuh secara positif dan diyakini bisa tembus diatas angka 100 persen.

Guna memahami lebih mendalam terkait upaya meningkatkan nilai tukar, maka pada hari Jumat, 2 Februari 2024 bersama sekretaris KP3 Ir. Muhamad Adam MSi, dan Dr. Haerawaty, pengurus Komisi Penyuluhan Pertanian Kota Palu melakukan kunjungan sekaligus diskusi dengan salah satu sulplier beras di Kota Palu CV  Raya Group, yang diterima langsung oleh Haerul pimpinan perusahaan yang juga alumni Universitas Tadulako Palu, jurusan Matematika.

Halaman:

Terkini