Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
AWAL tahun 2020 difasilitasi JICA (Japan International Council Agency), berkesempatan melihat dari dekat bagaimana pemerintah Jepang menangani korban dan kerusakan infrastruktur pascagempa serta upaya mitigasinya.
Pada awal November tahun 2023, kembali berkunjung ke Jepang. Kali ini fokus melihat kemajuan usaha budidaya ikan di laut dalam yang menggunakan karamba berukuran besar di Perfektur (Provinsi) Ihime, Kota Uwajima.
Jenis ikan yang dibudidaya adalah Blue Fin Tuna, Tuna sirip biru, ikan Amberjack, sejenis kue dan kakap merah. Teknologi seperti ini juga pernah dicobakan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan pada era Menteri Susi Pudjiastuti dinamakan KJA offshore, atau keramba jaring apung lepas pantai dengan jenis Ikan budidaya kakap putih.
Sangat disayangkan percobaan itu gagal dan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Menurut beberapa ahli bahwa kegagalan itu disebabkan beberapa hal;
1). Lokasi budidaya sangat terbuka, harusnya terlindung. Ini menyebabkan KJA rusak terhempas gelombang.
(2) Ketersediaan benih, pakan maupun teknologi budidaya belum dikuasai, dan
(3) Kesiapan SDM.
Kemajuan signifikan budidaya laut diJepang dibanding 3 tahun lalu, adalah diintegrasikannya sistem digital dalam pemberian pakan pelet dan pemantauan kualitas air budidaya yang kontinyu, sehingga memberi akses bagi kepentingan mitigasi.
Kualitas air juga terpantau secara periodik melalui sejumlah sensor yang dipasang. Dan yang menarik cara kerja dan data informasi yang terekam dapat diteruskan ke kantor pusat yang tentunya bermanfaat untuk kontrol dan kecepatan dalam mengambil keputusan., tindakan.
Budidaya ikan di laut yang pernah dicoba KKP seyogianya diulang kembali dengan format yang baru. Saatnya sektor swasta nasional didorong berinvestasi dengan pola B to B , end to end, dengan swasta Jepang yang memiliki reputasi di bidang itu.
Pemerintah tentunya diharapkan memberi dukungan regulasi yang menarik. Karena bisnis ini pada tahap awal memerlukan investasi yang cukup besar dengan risiko yang juga cukup tinggi. Namun, bisnis ini memiliki prospek yang sangat baik di masa akan datang. Seperti yang dikatakan oleh pelaku usaha Jepang.
Tercapainya Indonesia Emas tahun 2045 antara lain bergantung pada kemampuan kita memanfaatkan potensi sumberdaya maritim yang belum dimanfaatkan maksimal dan ini membutuhkan investasi besar dan transformasi inovasi teknologi.