METRO SULTENG-Aliran sungai di Desa Bahoea Reko-reko, Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali, Sulteng, rusak parah dan rawan mendatangkan bencana bagi masyarakat yang bermukim disekitar sungai Desa Bahoea.
Dari pantauan Metrosulteng, tampak dibeberapa titik tidak kelihatan lagi palung sungai dan bantaran sungai sebagai penangkal atau pengendali aliran sungai yang diduga disebabkan karena adanya aktivitas pertambangan galian C pasir dan sirtu.
Baca Juga: Genggaman Tangan Indah Permatasari Dan Ibundanya Jadi Sorotan, Begini Kata Pakar Ekspresi
Kondisi seperti begini sangat berbahaya dan rawan mendatangkan bencana bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai, apalagi ketika musim hujan tiba air dapat meluap ke perkampungan dikarenakan palung dan bantaran sungai terlihat sama rata alias tidak ada cekungan sungai sebagai aliran air.
Selain itu, kondisi pertambangan di Sungai Bahoea yang carut marut mengunakan mesin pompa dan alat berat excavator dapat merusak ekosistem sungai seperti ikan air tawar, udang, karang, siput, kerang, keong, kankung liar, enceng gondok, dimana semua organisme yang terkandung dalam ekosistem sungai tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Baca Juga: Tempat Wisata di Luwu Timur Dipadati Pengunjung
Menurut beberapa warga sekitar, pertambangan galian C tersebut sudah berlansung cukup lama dan diduga tidak mengantongi izin pertambangan.
"Itu tidak ada izinnya," ujar warga, Minggu (1/1/2023). Warga juga menyayangkan kegiatan pertambangan tersebut yang dinilai pertambangan itu dilakukan tidak sesuai prosedur alias asal ambil pasir dan sirtu. Oeh karena itu pihaknya kwatir akan bencana yang akan dihadapi nanti ketika musim hujan.
Baca Juga: Indah Permatasari Akan Hadiahkan Umrah Orang Tuanya, Nasaruddin Harap Konfik Segera Berakhir
"Itu tidak adami yang terbentuk sungai, jadi kalau datang musim hujan kita sasaran disini yang tinggal berdekatan dengan sungai," ujar warga kepada wartawan.***