sosial-budaya

Pedagang di Jalur 16 Enggan Dipindah ke Taman Funuasingko Morowali

Minggu, 17 Juli 2022 | 21:07 WIB
Kondisi warung di taman Funuasingko Morowali.(Foto: Iwan)

METRO SULTENG-Pembangunan taman kota Funuasingko beserta lapak untuk pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah, yang anggarannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2021 dengan total anggaran mencapai Rp 3.155.957.000.

Total sekitar 41 lapak pedagang yang dibangun dengan ukuran persatu lapaknya sekitar 250x250 centimeter, dibangun dengan berdekatan dengan lapak lainnya, ditambah terdapat 2 bangunan kamar mandi atau toilet.

Dari pembangunan taman kota dan lapak buat para pedagang, sejumlah pedagang menganggap bangunan lapak tersebut sangat sempit dan kecil, belum lagi para pedagang kebingungan menaruh kursi dan dagangannya dimana.

Baca Juga: Taman Kota Funuasingko Morowali Dipenuhi Sampah Menumpuk

Baca Juga: Pembangunan 712 Huntap Tahap Kedua di Sulteng Mulai Dilelang

Seperti yang disampaikan Arnah pedagang yang setiap harinya menjual makanan dan minuman dijalur 16 kompleks perkantoran Funuasingko. Phaknya tak ingin pindah jika disuruh berjualan di lapak taman kota tersebut. Menurutnya lapak tersebut terlalu kecil dan sempit.

"Kami tidak setuju pindah kesana, tempatnya kecil dan sempit," terangnya kecewa dengan ukuran pembangunan lapaknya yang sempit, Minggu (17/7).

Ia menambhkan, jika menjual dilokasi tersebut ramainya jika dihari kerja atau jam kantor. Namun hasilnya juga tidak seberapa, tapi dijalur 16 itu ramai ,karena berada di pinggir jalan.

Baca Juga: Pertamina Sosialisasikan JBKP di 4 Daerah di Sulteng

Baca Juga: Kominfo Tiga Hari Kedepan Akan Tutup WhatsApp, Mi Chat dan TikTok Aman

"Disana kita bingung kalau bentuknya begitu, berarti orang datang pesan baru cari tempat sendiri untuk makan, nah bagamana nanti piringnya kita atau pembayarannya, aduh bingung," ucapnya, menjelaskan jika menjual ditaman kota Funuasingko yang lapaknya bak bangunan BTN tipe 36 yang berdempetan.

"Disini saja kita layani orang didepan mata, makannya didepan warung kita, masih kalang kabut, bagamana disana," tuturnya membayangkan semrawutnya jika menjual dilapak tersebut.

Apayang diucapkan Arnah itu juga senada dengan pedagang lainnya, Jasmah. Ia juga menyebutkan lapak yang dibangun Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali itu tempatnya kecil dan sempit.

"Iya kecil dan sempit, kita nanti taruh kursinya dimana, tidak mungkin kita bikin makanan atau minumannya berjauhan dari pembeli, nanti pembeli duduknya dimana," ujar Jasmah pedagang penjual kopi dan gorengan di pinggir jalan jalur 16 komplek perkantoran Funuasingko.

"Kalau bisa disini saja menjual, jangan mi pindah kesana, sempiittt," harapnya.***

Tags

Terkini