METROSULTENG — Gerakan Revolusi Demokratik (GRD) Kabupaten Morowali menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Morowali, Senin (1/12/24). Massa aksi menilai pelayanan kesehatan di Morowali masih jauh dari layak, sementara pengawasan terhadap fasilitas kesehatan dinilai lemah sehingga berbagai keluhan masyarakat tak pernah tertangani secara serius.
Koordinator Lapangan, Amrin, menyebut tragedi meninggalnya bayi dari ibu Ramdana saat melahirkan di Puskesmas Bahomotefe menjadi bukti konkret buruknya kualitas pelayanan kesehatan di Morowali.
“Kejadian itu membuka mata kita semua. Secara regional, fasilitas publik yang seharusnya dinikmati masyarakat Morowali masih sangat minim,” ujar Amrin dalam orasinya.
Baca Juga: Kematian Bayi di Puskesmas Bahomotefe Morowali: Keluarga Mengadu ke Polisi, Soroti Dugaan Malpraktik
Ia juga menyoroti lemahnya pelayanan kesehatan di wilayah Bungku Timur, mulai dari tingkat desa hingga kecamatan. Menurutnya, kondisi tersebut kontras dengan besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Morowali.
Amrin mencontohkan kondisi Puskesdes Laroue yang disebutnya sangat memprihatinkan dan tidak layak pakai. Ia mengungkapkan insiden terbaru saat seekor ular ditemukan di atas plafon ketika petugas tengah menangani pasien.
“Bangunannya sudah tidak layak, sehingga menjadi sarang ular. Ini sangat ironis di tengah tingginya PAD Morowali,” tuturnya.
Amrin menegaskan bahwa Dinas Kesehatan harus aktif melakukan pengawasan hingga ke tingkat paling bawah, termasuk memastikan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, terutama di Bungku Timur dan Bahodopi.
Baca Juga: Tragedi Bayi Meninggal di PKM Bahomotefe,RSUD Morowali Angkat Bicara Bantah Isu Penolakan Rujukan
Ia juga mengkritik sulitnya akses pelayanan kesehatan bagi warga Bungku Timur setelah layanan Puskesmas Bahodopi berpindah lokasi. Menurutnya, fasilitas di PKM Bungku Timur pun tidak memadai.
“Sangat memperihatinkan. Andaikan tidak ada dana CSR perusahaan, PKM Bungku Timur tidak akan dibangun dan direnovasi karena tidak mendapat perhatian serius dari Pemda Morowali,” tegasnya.
Amrin menambahkan, ruang pelayanan yang sempit, fasilitas terbatas, serta minimnya perhatian pemerintah turut menjadi pemicu insiden meninggalnya bayi Ramdana.
“Ini bukti pelayanan yang buruk hingga mengorbankan satu nyawa. Pemerintah harus membuka mata,” pungkasnya.(*)