sosial-budaya

Longki Djanggola dan Kenangan Gerobak Guru Tua

Minggu, 13 April 2025 | 10:07 WIB
Longki Djanggola (kiri) dan Gurbernur Anwar Hafid di momen Haul Guru Tua k-57 di Kota Palu. (Foto: Biro ADPIM).

METRO SULTENG - Anggota DPR RI Longki Djanggola yang juga Gubernur Sulawesi Tengah dua periode (2011-2021), punya cerita dan kenangan tersendiri tentang Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua.

Di momen haul ke-57 Guru Tua pada Sabtu (12/4/2025), ulama besar sekaligus pendiri Alkhairaat, Longki membagikan cerita jejak perjuangan itu.

Dalam sesi testimoni yang disaksikan ribuan Abnaul Khairaat, Longki berbicara bukan sebagai tokoh politik, melainkan sebagai anak remaja yang pernah menyaksikan langsung bagaimana Guru Tua mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan agama, jauh dari sorotan publisitas seperti di zaman kini dan minimnya dukungan fasilitas.

Baca Juga: Anwar Hafid: Guru Tua, Maha Guru yang Harus Dicontoh

“Saya menyaksikan langsung bagaimana Guru Tua memulai perjalanan misinya naik gerobak,” kata Gubernur Sulawesi Tengah dua periode ini, mengenang masa kecilnya di Palu.

Kala itu, ia masih duduk di bangku SD hingga SMP, sebelum melanjutkan pendidikan ke Makassar. Namun pengalaman menyaksikan Guru Tua melintasi jalanan Palu menuju Dolo Kabupaten Sigi dengan gerobak sapi, masih membekas kuat diingatannya.

Longki bercerita, saban sore ia diperintah oleh ayah dan ibunya untuk “cegat dan isi gerobak” Guru Tua dengan apa pun yang mereka mampu. Mulai dari beras, gula, atau barang keperluan lain guna mendukung perjalanan dakwah sang ulama besar.

Baca Juga: Haul Guru Tua ke-57: Masjid Uswatun Hasanah Talise Palu Buka Rest Area Makan Minum Gratis

“Itu saya lakukan,” ujarnya. "Menurut saya, apa yang dilakukan Guru Tua adalah betul-betul hal yang luar biasa. Sekarang mungkin tak ada lagi yang mampu atau rela mengabdi tanpa pamrih, tulus dan ikhlas seperti itu,” kagum Longki.

"Pengalaman istimewa lainnya buat saya adalah Guru Tua juga suka memberikan satu dua tandan pisang bila beliau pulang dari berdakwah di Pakuli. Itu perlambang betapa ikhlas hatinya Guru Tua," imbuhnya lagi.

Bukan hanya soal ketekunan dan keikhlasan Guru Tua dalam berdakwah yang dikisahkan Longki, tetapi juga kepribadian yang kuat.

Longki menyebut sang ulama tak pernah mengeluh meski sakit, tetap naik gerobak dari rumahnya di Kamonji ke Pakuli, demi menjalankan misi mulia.

Baca Juga: Ribuan Warga Alkhairaat Desak Penangkapan Fuad Plered, Bela Guru Tua Harga Mati

Guru Tua, dalam kenangan Longki, bukan hanya tokoh besar, tapi juga sosok yang dekat secara lahiriah dan batiniah dengan kelurganya. Ia menyebut bagaimana sang ulama diterima secara resmi oleh kakeknya, Magau Djanggola, Raja Palu saat itu, ketika pertama kali tiba di Sulawesi Tengah melalui Pelabuhan Wani.

Kenangan masa kecil Longki juga penuh dengan interaksi spiritual bersama keluarga Guru Tua. Tiap malam Jumat, ia dan ibunya, Hj. Aminah Sasung Manoppo, rutin mendatangi kediaman Guru Tua di Kamonji, Palu.

Halaman:

Tags

Terkini