sosial-budaya

Garis Tegas Perjuangan Kami bagi Guru Habib Idrus bin Salim Al Djufrie, Sang Guru Tua

Kamis, 10 April 2025 | 11:05 WIB
Abdissalam Mazhar Badoh. (Foto: Ist).

Oleh: Abdissalam Mazhar Badoh
Sekjen SCAI dan Ketua IKA Alkhairaat Pusat

FUAD Plered dan kawan-kawan telah menunjukkan kemampuan membolak-balikkan data, fakta, dan cerita-cerita kesedihan di kalangan para Abna'ul Khairaat Indonesia.

Pola pikun sejarah yang dimainkan para penyokong dana yang tidak mau disebut intelektual opinion public, telah bergerak cerdas mengangkat fitnah di kalangan ulama yang memiliki massa publik di luar jangkauan akal sehat, sebagai bukti kuasa Allah Rabbul Jaliil tentang hikmah dan keta'an kepadaNya lewat pengabdian kepada sang syaik, guru dan Mursyid Shaalihiin.

Tabrakan dahsyat ini adalah kompromi sosio politic lepas landas pola pikir dari gaya tradisional dunia berkembang ke pola pikir komprehensif tuntutan sosio modernis untuk maju.

Baca Juga: Fitnah Fuad Plered dkk kepada Habib Idrus (Guru Tua), Pendiri Alkhairaat

Permainan ini sebernarnya sudah terjawab berabad lalu dengan tertanda tangannya perjanjian Hudaibiyah oleh Rasulullah SAW. Dengan segenap syarat dan mandat kafir Quraisy yang dimotori munafikun saat itu.

Betapa sangat modern strategi Rasul Muhammad SAW saat itu. Memilih jalan damai untuk mengisi hidup umatnya walaupun pada akhirnya perang juga yang ditempuh sebagai puncak yang membentuk pola pikir dukungan terhadap ketauhidan pengakuan.

Beberapa tulisan online yang sampai sekarang Insya Allah masih bisa terbaca, telah mengungkap siapa yang berada di belakang layar diangkatnya Jokowi sebagai super figur Wali kota Solo hingga ke puncak kursi kepresidenan Republik Indonesia yang berakhir derita rakyat yang berkepanjangan.

Baca Juga: Polemik Fuad Plered, Momentum Baik Memurnikan Perjuangan Guru Tua

Polesan patung boneka yang diduplikasi beberapa kali di Bumi Pertiwi ini oleh para calo intelegensi dunia yang bertindak atas nama kekuasaan, baik politik maupun ekonomi, tanpa disadari dan telah diikuti oleh berbagai jenis kekuatan lokal struktural lembaga kenegaraan dan kelembagaan Ormas nasional, sudah amat dalam membuat robekan luka sosial yang selama ini telah dirasakan oleh masyarakat.

Fulgarisasi kritikan, fitnahan dan caci maki anak bangsa yang terblender dalam medsos, telah tersoroti melewati ambang batas adab sosial negeri beradab dan berkeadilan sosial kita.

Sudah seharusnya Presiden Prabowo sebagai panutan anak bangsa tertinggi yang memegang kendali kekuasaan pemerintahan, mengambil alih peran kepolisian RI dan TNI dalam menetapkan langkah-langkah keputusan penyelesaian beberapa kasus insosial ini dengan ketegasannya.

Ini bertujuan demi mempertahankan nilai-nilai tinggi kerohanian kemanusiaan Indonesia kembali kepada adab dan akhlak mulia bagaimana berbicara dan berperilaku yang dilindungi negara.

Baca Juga: Aksi Solidaritas Cinta Guru Tua di Poso Desak Aparat Tangkap Fuad Plered

Prioritas ini haruslah dijalankan sebelum pola-pola sosial kemasyarakatan yang dirotasi oleh pemikiran dan gerakan intelegen terbayar ini menapaki langkah laju konspirasi stabil revolusi rakyat akibat SARA.

Halaman:

Tags

Terkini