sosial-budaya

IdulFitri sebagai Momen Silaturahmi dan Saling Berbagi

Kamis, 3 April 2025 | 10:30 WIB

METRO SULTENG– Setelah berpuasa di bulan Ramadhan, umat Muslim tiba untuk merayakan Idulfitri. Di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, ratusan orang memadati Masjid As-Salaam di dalam kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), pada Senin pagi (31/3/2025).

Baca Juga: Jalan Provinsi Beteleme-Nuha, Terancam Putus, Wah...! Mirip Kubangan Kerbau

Ibadah salat Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah dipimpin oleh imam ustaz Rahmatullah. Setelah menunaikan salat Ied, jemaah menyimak siraman rohani dari khatib ustaz H. Mahadin.

Dalam kotbahnya, ustaz H. Mahadin menguraikan, berpuasa merupakan proses “pendidikan” jasmaniah dan batiniah, juga kesempatan menyalurkan cinta kepada diri sendiri, sesama manusia, juga kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad, rasul-Nya.

Dengan berpuasa, lanjut ustaz H. Mahadin, akan melahirkan keindahan perilaku yang terpelihara dari kemaksiatan. Lebih jauh, dia menyebutkan tiga tolok ukur untuk memetik makna mendalam dari Idulfitri.

Baca Juga: Culture Change, Modal Dasar Perbaikan Tata Kelola Birokrasi Bagi Terwujudnya Program 9 BERANI

Pertama, iman dalam melaksanakan ibadah. Khususnya dalam beribadah menahan lapar dan haus, dibutuhkan semangat jiwa dan keikhlasan. Karena dengan berimanlah, kata ustaz Mahadin, kita dapat merasakan kehadiran ilahi.

Kedua, puasa. Spirit atau nilai yang terkandung dalam puasa adalah berbagi. Dengan begitu, manusia dapat membangun keseimbangan dalam mendekatkan hubungan pribadinya dengan Tuhan dan secara sosial.

“Puasa membimbing hati kita untuk peduli, menghidupkan kasih sayang, menjalin silaturahmi, dan berbagi terlebih kepada orang miskin. Maka puasa juga akan bermanfaat untuk pengembangan kualitas kesalehan sosial kita,” ucapnya.

Baca Juga: DEWISNU Siap Dampingi Desa di Sulawesi untuk Kembangkan Potensi Wisata

Tak kalah penting adalah takwa. Ustaz Mahadin menyebutkan, ketakwaan seseorang tecermin dari cara berpikir dan perbuatannya. Seusai Ramadhan, jemaah Muslim diundang kembali dari peperangan kecil menuju perang besar melawan hawa nafsu di dalam diri sendiri, seperti tamak, dengki, iri hati, dan merasa lebih. Lewat ketakwaan, kemenangan akan mampu diraih dan kita akan kembali kepada fitrah kesucian.

“Insyaallah kita semua menang dengan mengamalkan puasa dan berzakat untuk mengalahkan hawa nafsu kita,” kata ustaz H. Mahadin.

Seusai salat dan kotbah, jemaah saling mengucapkan selamat dan bersalaman sambil bermaaf-maafan.

Baca Juga: Ibu Kota Donggala Banjir, Bupati Vera Langsung Turunkan Tim Teknis Lakukan Penanganan

Dalam kesempatan ini, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid IMIP, Djoko Suprapto, turut mengajak hadirin untuk terus menjaga ketakwaan dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, dengan berlalunya Ramadhan, momentum Idulfitri selayaknya dijadikan ajang untuk bersilaturahmi, saling memaafkan, dan berbagi kepada sesama.

Halaman:

Tags

Terkini