HARI YANG DINANTIKAN
Para siswa diminta berbaris saling berhadapan memenuhi sisi Jalan Yos Sudarso 10, nama jalan masuk ke madrasah dalam kampung dari jalan raya Yos Sudarso, alhamdu lillahi jalan masuknya lurus, tidak ada tikungan atau belokan, sekitar 100 meter ke dalam, hingga para siswa yang berbaris menjemput dengan seragam putih -putih (hampir semua baru dibeli) kelihatan rapih, indah dan agung.
Setelah beberapa saat menunggu, waktu yang dinantikan itu akhirnya tiba. Empat unit motor patroli polisi membunyikan sirene, perlahan-lahan melewati mulut lorong dan parkir tepat depan gudang Mitsubishi, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Rombongan iring-iringan mobil itu sampai juga di tempat tujuan. Ada tiga mobil kijang kotak berwarna biru, putih dan hitam metalik mengkilap parkir tepat di depan mulut lorong.
Dua orang memakai songkok hitam berlarian ke arah mobil warna hitam metalik. Satu membuka pintu dan satunya lagi seakan membungkuk dan mempersilakan turun.
Dari dalam mobil turun dan berdiri depan pintu mobil seorang yang berperawakan teduh. Wajahnya bercahaya, tinggi badannya dan memakai kopiah putih, berkemeja putih, celana hitam dan bersorban kuning keemasan.
Melihat hal tersebut, Ustadz Rais Lasasi memberikan kode ke arah barisan dan berkibarlah merah putih di tangan sambil bergemuruhlah mars Alkhairaat.
Sosok bersorban kuning keemasan itu berjalan menyusuri lorong melewati barisan siswa yang memegang bendera. Sosok itu begitu berwibawa, mengagumkan dan begitu mulia.
Beliaulah Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aldjufrie. Di belakangnya berjalan beriringan Habib Salim bin Syaikh bin Alwi bin Sumaith selaku Komwil Alkhairaat, Ustadz Rais Lasasi sebagai Sekretaris Komwil, Hstadz John Rondo sebagai Komda Manado, Ustadz Ahmad Badoh sebagai Sekretaris Komda Manado.
Kurang lebih 20 murid pertamanya Guru Tua dan murid pertamanya Habib Abdillah bin Muhammad bin Idrus Aldjufrie.
Inilah pertama kali hal yang amat membanggakan dalam hidup saya. Melihat dari dekat Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aldjufrie. Sembari berdo'a Insya Allah bisa belajar langsung dari beliau dan memperoleh keberkahan langsung darinya di dalam gismnya.
Do'a baik dikabulkan Allah dengan cepat.
Tahun 1989, setamatnya saya dari kelas 3 Mu'allimin Alkhairaat di Istiglal, yang pada waktu itu sekolah malam dan dari SMP Negeri 1 Manado untuk sekolah umumnya. Saya diajak Abah, Ustadz Ahmad Badoh, menuju Palu, tepatnya di Pondok Pesantren Putra Alkhairaat Palu.
Saat itu pondok ini dipimpin guruku yang mulia Habib Abdillah bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aldjufrie, adik kandung Habib Saggaf bin Idrus bin Salim aldjufrie.
Saya dimasukkan pada qism awwal minal Mu'allimin, sekelas bersama Mufidah binti Saggaf Aldjufrie, Muzakkir Pakuli, Gazali Kakukubula, Habib Ja'far Al'Idrus Presiden Sentral Cendekia Abnaulkhairaat Indonesia, Salim Suaib Bandera dan masih banyak lagi yang tak bisa kusebut satu persatu.
Saat pertama kali belajar masuklah Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aldjufri mengajarkan ilmu adab berisikan syair syair nasehat tata cara berlaku dan berpikir.