Oleh: Banyamin M.Tahir, MS
TIDAK dipungkiri bahwa kepribadian Ketua Utama Alkhairaat yang selalu berupaya bersikap adil, baik antar maupun internal Abna, yang tanpa lelah/letih memikirkan serta melaksanakan dan meninjau pembangunan mentalitas maupun infrastruktur yang masif di seluruh wilayah kerja Alkhairaat.
Karena dengan begitu, bisa mempercepat pembangunan secara merata demi mencapai tujuan Alkhairaat yang tertuang dalam AD/ART perhimpunan.
Dalam setiap lembaga maupun negara, sudah pasti memiliki pimpinan yang tidak terlepas dari peran "pembisik" yang berada di sisinya dalam mengambil sesuatu kebijakan.
Baca Juga: POLEMIK SK IKAAL III
Luka yang mendalam di hati Abna (Abnaul Khairaat), kini terkuak akibat diterbitkan SK IKAAL periode 2023-2028 yang dihasilkan dengan tebang pilih oleh unsur oknum PB. Alkhairaat.
Alasan ini sangat mendasar, karena adanya peran "pembisik" di sisi pengambil kebijakan. Aturan yang sah bisa jadi basi, bila pembisik ini mulai bernyanyi dan menari dalam memainkan perannya.
Mereka itu adalah orang-orang yang selama ini dikenal sebagai pembantunya dalam menjalankan amanahnya. Mereka yang mewarnai merah atau hijau-nya kebijakan yang akan diambil oleh pimpinan lembaga.
Mereka pula yang mempunyai andil dalam mendorong pimpinan tersebut, sehingga bisa melenceng jauh dari cita-cita lembaga.
Problem yang terjadi pada kongres IKAAL (Ikatan Keluarga Alumni Alkhairaat) III misalnya, yang belum tuntas ditangani malah sekonyong-konyong SK Pengurus IKAAL telah diterbitkan.
Hal ini disinyalir adanya orang dekat yang mempengaruhi warna pengambilan kebijakan oleh Ketua Utama, sehingga menimbulkan kontradiktif antar sesama Abna.
Bahkan bisa menimbulkan pertikaian antar Abna itu sendiri. Hal ini bila tidak sesegera mungkin diselesaikan oleh Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, maka sangat memungkinkan posisi Abna yang tergabung dalam organisasi IKAAL ini, baik yang pro ataupun kontradiktif, akan menjadi timpang dan terhambat dalam melaksanakan programnya.
Secara garis besar, peran para pembisik di lingkaran ini bisa dibagi dua. Yaitu mereka yang mampu mendorong sang pemimpin yang didampinginya menjadi sosok pemimpin yang adil dan bijaksana, atau sebaliknya menjadi pemimpin yang menyimpang dari amanah yg diemban kepadanya.
Pada akhirnya kalau hal ini terus terjadi, maka organisasi ini akan mengalami gegar budaya. Keadaan gegar budaya terjadi tidak dengan sendirinya terjadi begitu saja, melainkan direncanakan oleh pihak tertentu, atau disebut ‘by design’.