METRO SULTENG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, melaporkan perkembangan terbaru penanganan banjir bandang dan longsor yang melanda tiga provinsi di Sumatera, yakni Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
Hingga Jumat, 28 November 2025 petang, BNPB mencatat 116 korban meninggal dunia dan 42 orang masih dalam pencarian.
Dalam konferensi pers, Suharyanto menjelaskan bahwa bencana ini dipicu oleh hujan ekstrem akibat pengaruh Siklon Senyar dan Siklon Koto yang memicu cuaca tidak biasa di kawasan Sumatera bagian utara.
"Diguyur hujan sangat lebat karena ada siklon Senyar dan siklon Koto. Ini fenomena alam yang jarang terjadi tapi terjadi di wilayah Sumatera bagian utara," kata Suharyanto.
Tapanuli Tengah Jadi Wilayah Paling Terdampak
Suharyanto menegaskan bahwa dari hasil observasi lapangan, Tapanuli Tengah merupakan daerah yang mengalami dampak paling parah.
Ia mengungkapkan bahwa informasi awal sempat menunjukkan Sibolga sebagai lokasi paling terdampak, namun kondisi di lapangan menunjukkan sebaliknya.
"Berita awal tuh Sibolga yang parah, ternyata setelah kita sampai di sini Sibolga justru tidak terlalu parah, justru yang parah Tapanuli Tengah," ujar Suharyanto.
"Kabupaten yang paling parah terdampak bencana ini adalah Tapanuli Tengah," tambahnya.
Sejumlah kecamatan di Tapanuli Tengah dilaporkan mengalami kerusakan berat, termasuk rumah warga, fasilitas umum, dan akses transportasi.
Upaya evakuasi serta pencarian korban masih terus dilakukan oleh tim gabungan.
Komunikasi Darurat Menggunakan Starlink
Untuk mempercepat koordinasi penanganan bencana, BNPB telah mengaktifkan jaringan komunikasi darurat berbasis Starlink di berbagai titik yang terdampak.