Jalan Kebun Kopi Jadi Proyek Abadi, Siapa yang Diuntungkan?

photo author
- Rabu, 7 Agustus 2024 | 14:20 WIB
Inilah jalan kebun kopi yang setiap tahun dikerja karena sering longsor. Jalan ini berada di Provinsi Sulawesi Tengah.(Foto: Ist)
Inilah jalan kebun kopi yang setiap tahun dikerja karena sering longsor. Jalan ini berada di Provinsi Sulawesi Tengah.(Foto: Ist)

METRO SULTENG - Jalan kebun kopi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) memunculkan stigma baru, yaitu "proyek abadi". Penanganan jalan itu disebut menjadi tren proyek yang tak kunjung selesai.

Pasalnya, penanganan jalan kebun kopi sudah berlangsung lama, namun seolah tak pernah selesai. Setiap tahun, puluhan hingga ratusan miliar rupiah APBN dialokasikan untuk perbaikan jalan kebun kopi.

Erwin Bulukumba, Sekretaris Gapensi Donggala yang juga TA Gubernur Sulteng.
Erwin Bulukumba, Sekretaris Gapensi Donggala yang juga TA Gubernur Sulteng.
"Saya juga prihatin dengan penanganan jalan kebun kopi. Terkesan jadi "proyek abadi". Setiap tahun dikerja dan tak selesai-selesai," kata Sekretaris BPC Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Kabupaten Donggala, Erwin Bulukumba, Rabu siang (7/8/2024) di Palu.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Mamosalato Morowali Utara Dilanda Banjir

Diketahui, jalan kebun kopi di Sulawesi Tengah menghubungkan tiga wilayah, yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Jalan ini menjadi langganan longsor dan genangan air setiap tahun bila tiba musim hujan.

Menurut Erwin, pekerjaan jalan kebun kopi sudah saatnya ada evaluasi. Karena setiap tahun dikerja, hanya titik-titiknya saja yang berpindah. Masyarakat juga mempertanyakan model penanganan jalan kebun kopi yang terkesan masih konvensional.

"Selain jadi "proyek abadi" kesan masyarakat terhadap jalan kebun kopi adalah proyek yang sengaja diciptakan. Kenapa? penanganannya masih terlalu konvensional. Longsor tidak bisa dihindari, ada terus," kritik Erwin.

Yang diuntungkan dari penanganan jalan kebun kopi sudah pasti kontraktor. Kalau pun ada pihak lain, itu bisa dihitung dengan jari. Namun yang terkena dampak penanganan jalan kebun kopi adalah pengguna jalan.

Baca Juga: Kendaraan Berat Impor yang Masuk di Morowali Belum di kenakan Tarif PKB dan TNKB

"Pertanyaan saya, apakah tidak ada model lain penanganan jalan kebun kopi? Pasti adalah. Bukan lagi seperti cara-cara konvensional. Yang penting material longsornya disingkirkan dulu. Mestinya bukan begitu lagi penanganannya. Tidak apa-apa keluarkan biaya besar, yang penting sekali dikerja. Harus efektif dan efisien," gerah Erwin yang juga TA Gubernur Sulteng ini.

Padahal di Sulteng, tambah Erwin, masih banyak jalan-jalan yang perlu dibiayai APBN. Bahkan tidak sedikit pekerjaannya ditunda meski sudah rusak. Hal inilah mesti dipikirkan daripada setiap tahun mengucurkan dana untuk penanganan jalan di kebun kopi.

"Masih banyak ruas jalan di Sulteng yang harus dibiayai APBN, dibandingkan jalur kebun kopi," sebut Erwin.

Baca Juga: Santri Tidak Hanya Saleh Spritual, Tapi juga Saleh Sosial

Sebagai informasi, tahun 2023 ada dua item pekerjaan di kebun kopi. Pertama pekerjaan preservasi Rp64 miliar lebih yang dikerjakan PT Sinar Arengka Setia Maju. Kedua, penangangan longsoran Rp60 miliar lebih dengan multi years contrak (MYC) yang dikerjakan PT AKAS. (*)

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X