Oleh: Abdissalam Mazhar Madoh (Pengamat Sosial dan Politik)
Skeptis? Tidak, apalagi dudukan formilnya sebagai landasan pacu, sarat dengan subyektifitas dan sangat jauh dari kebenaran.
Deadlock yang terjadi pada waktu kongres IKAAAL di Madinatul ‘Ilmi, Dolo Kabupaten Sigi, tepatnya dalam ruangan Aula Madrasah Tsanawiyahnya pada pukul 22.30 WITA, sama sekali tak mampu dihargai sebagai dinamika organisasi yang pada hakikatnya akan terus berjalan mencari solusi absah dan berpihak pada kebenaran, kecuali akan terhenti secara otomatis Ketika dihentikan oleh Yang Maha Benar Allah Rabbul Jalil.
Jika hakikat ini terabaikan maka tentu yang berbicara adalah kepentingan. Kepentingan inilah yang senantiasa merombak tatanan struktur kebaikan murni menjadi lembaran-lembaran usang yang digelar dalam bacaan opini publik yang amat memuakkan rasa, memompa logisnya pikir, menajamkan sudut pandang dan mengernyitkan dahi, berontak mencari tatanan baku yang sebenarnya harus menjadi konsumsi publik yang lebih elegan, sportif dan mencerminkan azas kebersamaan bertindak dalam satu kesatuan besar hingga layak disebut sebagai benteng dari kebenaran itu sendiri.
Ikatan Abna’ Alumni Alkhairaat (IKAAAL) adalah gerbong terbesar dalam organisasi Alkhairaat, mitra terbaik, logis dan aktual dari Ketua Utama dan Pengurus Besar Alkhairaat itu akhirnya terkekang, terjerembab dan tertawan peranannya hanya disebabkan oleh peranan lebah madu yang lebih menggunakan kelebihannya untuk menebarkan khasiat baik madunya.
Padahal justru menyebarkan racun tikamannya di tubuh Organisasi Islam terbesar di Indonesia (karena memiliki Madrasah terbanyak). Anehnya, jumlah lebah yang menyerang ini sedikit dalam skala komoninya bahkan sangat sedikit, 3 ekor saja, hanya 3 ekor.
Adalah Habib Idrus bin Salim bin Alwie Aldjufrie sebagai tokoh Pendiri Lembaga Pendidikan mulia ini. Pelaku sejarah dan Pahlawan Nasional, Panutan dan Patron segala kebaikan, kebajikan, keteladanan, kedermawanan, ke’arifan, kebijaksanaan, ketokohan, ke’Ulama’an dan keistiqamahan serta lain sebagainya.
Itu merupakan Hujjah Prinsip bagi seluruh Abna’nya dalam meletakkan landasan visionernya dan menjalankan misi patriotismenya sebagai seorang Alkhairaat, inilah WHITE RULES-nya orang Alkhairaat.
Adapun madu dari lebah tadi, bukanlah “konsumsi sehat” warga Alkhairaat. Allah Rabbul Jalil, Rasulullah Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan Guru Tua, telah sempurna mengajarkan kita dengan musyawarah. Mengapa jalan ini dikesampingkan?
Para lebah ini menghancurkan Alkhairaat dengan membawa-bawa nama besar yang sepatutnya pada diri Abna’ dipandang dan dijunjung sebagai profile panutan dan contoh keteladanan, lambang kebesaran, kedewasaan dan sportifitasisme Alkhairaat, Ketua Utama kita.
Marwah beliau selalu dipertaruhkan dalam berbagai diskusi penyelesaian Deadlock IKAAAL. Bahkan mereka pernah mengadakan ZOOM MEATING dengan format undangan mencatut nama Ketua Utama sebagai pemegang Amanat, Ketika kami sebagai peserta meating meminta Mandat Penunjukan Ketua Utama, tak bisa mereka tunjukkan.
Apakah ada di dunia ini format baku organisasi, kalau deadlock dalam Rapat Formatur yang merupakan amanat Kongres dapat mengeluarkan:
1.Usulan struktur dan komposisi surat keputusan?
2.Berita acara penandatanganan pelaksanaan rapat team formatur ?
3.Apakah ada penandatanganan berita acara oleh orang yang tak hadir dalam rapat formatur?
4.Apakah ada penandatanganan team formatur di lapangan santri padahal rapatnya deadlock di dalam ruangan aula
5.Dan Apakah ada Berita Acara Formatur ditanda tangani tanpa ketok Palu pengesahan berita acara dalam sidang formatur? masih banyak yang lain.
Lima variable ini saja sudah cukup menjadi alasan non formil, non ilmiah dan non logis bagi pijakan Surat Keputusan IKAAAL yang menurut para lebah telah ditandatangani oleh Ketua Utama.
Alkhairaat ini adalah Organisasi Besar, bukan Organisasi kecil yang cakupan tanggung jawabnya bersifat kampunganisme.
Alkhairaat ini bukan organisasi milik para lebah ini. Alkhairaat ini bukan organisasi kepentingan perseorangan. Alkhairaat ini bukan organisasi para kapitalis dan liberalis. Alkhairaat ini bukan milik para penumpang karir, ketokohan dan alat untuk memperoleh nilai komulatif kepangkatan walaupun itu semua mengikut dari belakang.
Lihatlah mereka kaum mukhlisin yang berbaris dengan sarung dan kopiah, kebaya dan Jilbab didepan kelas, membina para santri dari mulai Ibtida’iy, tsanawi dan ‘Aliy, Diniyah Awwaliyah, Wustha dan Ulya.
Gaji mereka amat sedikit, minus untuk kepentingan sehari-hari, padahal ada anak yang harus disusui, diperjuangkan sekolahnya dan ada hidup yang harus ditata kedepannya hingga bisa berbuat lebih banyak. Semua yang dilakukan ini adalah untuk Pengabdian, Pengabdian dan Pengabdian. INIKAH YANG HARUS TERGADAI DEMI KEPENTINGAN ORANG, GOLONGAN, TEAM DAN SEBAGAINYA, hingga MENGABAIKAN KEBENARAN.
Wahai Para Lebah, pernahkan anda pikirkan, Ketika ada Ustadz/ustadza berada disatu daerah Asing yang bukan kampung halamannya, bekalnya hanyalah Ilmu, tanggung jawabnya adalah Madrasah warisan para muslim sekitar karena cinta pada Habib Idrus, Guru Tua kita.
Tiba-tiba pada satu saat dia sakit yang amat butuh perhatian, gaji dia Rp.500.000,-, biaya hidup di negeri orang, pas untuk satu bulan. Apa yang harus dia lakukan dengan keterbatasan itu?
Empat hari dari itu datang inspeksi pusat, lengkap dengan iring-iringannya dan dia ditanya, Kaifal Hal?, Kaifal Hina? aina Talaamidzakum?, ma’a man antum fiiha? Pasti jawaban yang dikemukakan adalah jawaban-jawaban yang menampakkan dirinya kuat, dirinya siap berada di wilayah itu, dirinya penuh pengabdian dan dirinya mampu.
Dia tidak mau dan sudi dihadapan Allah dan RasulNya menghianati garis juang pengabdiannya yang diwariskan Guru Tua. Inilah Keyakinan itu. Keyakinan yang dimampukan Allah untuk menjaga Komitmennya untuk senantiasa berada pada jalur yang benar dan memperjuangkan keyakinan kebenaran itu.
Medan ini adalah medannya Ikatan Abna’ Alumni Alkhairaat (IKAAAL) yang anda khianati, yang anda rusak fondasinya dan anda acak-acak tatanannya.
Antum mempropagandakan diri sebagai orang terkuat yang mampu mendorong ke tebing curam, menginjak marwah Ketua Utama dan merobek-robek buku perjuangan Habib Idrus bin Salim hanya dengan satu kata pengakuan, saya yang terhebat mempola dan mempolitisasi Alkhairaat sebagai salah satu raksasa lembaga pendidikan Islam Indonesia.
Kami sangat menghormati dan menjunjung tinggi Keputusan Ketua Utama Alkhairaat yang kami cintai, kami jaga dan kami junjung tinggi.
Kami mengajak seluruh komponen kelembagaan orang dan badan organisasinya yang mendampingi Ketua Utama kembali ke khittah perjuangan Habib Idrus, Guru Tua Kita, pendiri Alkhairaat.
Ajarkanlah generasi muda ini cara berjuang yang benar dan benar dalam memperjuangkan kemajuan Alkhairaat lewat jalan kami. Biarlah kami hadapi perjuangan ini dengan cara kami. Wallahu A’lam bihaqqi Nuurihi. ***