Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Peredaran Matahari dan Bulan yang mengakibatkan siang dan malam ini sudah pasti memiliki makna mendalam yang patut kita renungkan. Allah pun kembali telah mengingatkan dalam surat Ali Imran ayat 190:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” Pergantian siang dan malam bukan hanya sebagai rutinitas alamiah semata.
Pergantian tersebut bisa menjadi sarana untuk mempertebal iman, meningkatkan rasa syukur, dan menyadari betapa agungnya kekuasaan Allah dalam setiap detik kehidupan kita.
Pada umumnya, di masyarakat yang bergerak di bidang pertanian, perdagangan, dan sejenisnya, siang dimanfaatkan untuk bekerja dan beraktivitas mencari rezeki Allah. Sedangkan malam hari, sering digunakan untuk beristirahat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari pergantian malam dan siang kita juga belajar tentang kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya yang teratur, seimbang, dan sempurna. Dari siang kita belajar arti kesungguhan dan tanggung jawab. Teriknya matahari mengajarkan keteguhan, bahwa hasil tidak akan datang tanpa kerja keras. Dunia di siang hari penuh dengan hiruk pikuk manusia yang berusaha menjemput rezeki, menuntut ilmu, dan berbuat kebaikan. Allah berfirman:
وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
Artinya: “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba’: 11).
Sedangkan malam memberi kita pelajaran tentang ketenangan dan introspeksi. Dalam kesunyian malam, kita diajak untuk kembali kepada fitrah dengan merenung, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Di saat itulah banyak rahasia kehidupan bisa terungkap melalui ibadah. Rasulullah sendiri banyak Riwayat menjadikan malam sebagai waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan shalat dan zikir. Hal ini karena malam memiliki keistimewaan sendiri. Nabi SAW bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya: “Tuhan kita, Allah ta’ala ‘turun’ setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, ‘Siapapun berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapapun meminta kepada-Ku, akan Aku kasih. Siapapun meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan.” (HR Muttafaq ‘alaih). Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Selanjutnya, pergantian siang dan malam mengingatkan kita akan keterbatasan waktu. Tidak ada yang kekal, setiap terang pasti berganti gelap, setiap kehidupan pasti akan berakhir. Maka dari itu, kita hendaknya bijak menggunakan waktu.