pendidikan

Prabowo Subianto, Tentara Rakyat Dan Pertahanan Menyeluruh

Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:34 WIB
Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S. Ag., M.Si

Oleh : Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S. Ag., M.Si

METRO SULTENG- Tidak ada pemimpin yang Tuhan hadirkan tanpa maksud. Pada manusia selalu ada kurang, namun tangan Tuhan selalu melengkapinya. Di hadapan 280 juta jiwa, keyakinan itu menemukan wujudnya ketika Presiden Prabowo Subianto meresmikan enam Kodam baru, dan menegaskan bahwa tidak ada bangsa yang merdeka tanpa tentara yang kuat.

Pidatonya di Batujajar, bukan sekadar peresmian melainkan filosofi kepemimpinan. Pemimpin berdiri di garis depan, mengambil risiko paling berat, memberi teladan, membina pasukan seperti anak kandung, melatih keras tanpa kekejaman. Inilah makna “di depan” sebagai etika, bukan sekadar gaya.

Baca Juga: Istimewa di Bulan Kemerdekaan RI Ini, BRI Buka Rekrutmen BFLP 2025: Level Up Karier Kamu, Sesuai Passion!

Enam Kodam baru dari Tuanku Tambusai di Riau, hingga Mandala Trikora di Papua Selatan beserta penguatan 14 komando daerah angkatan laut, tiga komando daerah angkatan udara, satu komando operasi udara, enam grup komando pasukan khusus, 20 brigade dan 100 batalion adalah pesan terang bahwa pertahanan kita bukan simbol, melainkan sistem yang tumbuh dan dijaga.

Namun kekuatan keras tanpa kompas moral akan mudah diselewengkan. Islam mengajarkan berbaik sangka kepada pemimpin dan melarang hasutan memusuhinya. Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban, maka adililah dengan doa, dukungan dan kesabaran membaca gaya memimpin. Cara bisa berbeda, bahkan ekstrem, namun tujuannya tetap keselamatan bangsa.

Prabowo berkali-kali menegaskan, watak damai sebagai jalan, demokrasi santun sebagai sikap, dan kerja sama sebagai metode. Seribu teman terasa kurang, satu musuh terlalu banyak. Damai bukan hanya pilihan moral, tetapi strategi untuk menghindarkan negeri dari konflik yang tak perlu.

Kompas moral ini juga terlihat pada ketegasan menutup ruang khianat. Presiden memperingatkan bahwa siapa pun yang melanggar hukum akan disingkirkan tanpa pandang bulu. Bersih dan kompak adalah syarat agar pertahanan kuat punya legitimasi.

Baca Juga: Nusron Wahid Tegaskan Tanah Yang Bisa Dikuasai Negara adalah HGU dan HGB, Bukan Tanah Rakyat atau Pekarangan, Berikut Pejelasan Lengkapnya

Kembali ke Batujajar, saat Presiden berdiri di tengah pasukan, memeriksa barisan, dan mengikat semua itu pada filosofi memimpin dari depan, ia menawarkan imajinasi tentang negara yang berani. Tentara rakyat berarti pertahanan hidup di setiap kampung, lembah, dan kota ketika negara hadir dengan disiplin dan pelayanan, memotong jarak antara pusat dan pinggiran.

Tugas kita di luar pagar barak adalah menyambung akal sehat publik. Jangan cepat memvonis, jangan gampang terprovokasi dan jangan mau diarahkan untuk membenci pemimpin hanya karena beda kebijakan. Kritik tetap perlu, tetapi bencilah korupsi dan pengkhianatan lebih dulu.

Pemimpin di depan tidak meminta tepuk tangan, ia meminta tanggung jawab. Negara sudah menaruh pondasi baru, dan medan yang berbahaya sudah ia pilih. Pertanyaannya, kita ikut dukung, atau tetap jadi pengkritik tanpa solusi?***

Penulis Dari: Ketua DPP Partai Golkar Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri dan Hubungan Internasional Dan Guru Besar Busan University of Foreign Studies (BUFS) Korea Selatan

 

Tags

Terkini