لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ
Artinya: Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa (HR Al-Bukhari).
Hadits ini secara jelas menolak anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial.
Bahkan Rasulullah saw menyebut secara eksplisit bahwa tidak ada “ṣafar”, artinya: tidak ada kesialan atau takhayul terkait bulan Safar.
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Islam datang untuk membersihkan akidah umat manusia dari keyakinan batil dan warisan takhayul. Termasuk dalam hal ini adalah menolak anggapan bahwa waktu tertentu membawa sial.
Menganggap bulan tertentu membawa musibah atau celaka adalah bentuk syirik kecil karena menisbatkan kekuatan kepada sesuatu selain Allah. Padahal Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ٥١
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal (QS At-Taubah: 51).
Musibah tidak terjadi karena waktu tertentu. Ia terjadi karena kehendak dan ketetapan Allah. Jika seseorang meyakini bahwa sebuah bulan mendatangkan keburukan, maka ia telah terjatuh dalam kesalahan yang bisa merusak tauhid.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah swt,
Sikap Islam terhadap bulan Safar adalah sikap yang positif dan penuh optimisme. Rasulullah saw justru memilih waktu di bulan Safar untuk melaksanakan berbagai aktivitas penting.
Dalam sejarah, disebutkan bahwa Nabi saw menikahkan putrinya, Fatimah Az-Zahra, dengan Ali bin Abi Thalib di bulan Safar. Jika bulan Safar adalah bulan sial, tentu Rasulullah saw tidak akan memilih waktu tersebut untuk acara mulia seperti pernikahan.
Begitu pula dalam sejarah dakwah Nabi, banyak peristiwa penting terjadi di bulan Safar tanpa pertanda buruk. Ini menunjukkan bahwa bulan Safar sama mulianya seperti bulan lainnya. Tidak ada alasan untuk menghindarinya.
Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,