pendidikan

Khutbah Jumat 20 Juni 2025 Tema Selamat Datang Jemaah Haji, Gelar Haji Harus Menjadi Teladan Ditengah Masyarakat

Rabu, 18 Juni 2025 | 18:20 WIB
Ilusttasi sambut jemaah haji

METRO SULTENG-Saat ini kita menyambut kedatangan para jemaah haji Indonesia, diantara mereka ada keluarga kita, orang tua, sahabat, tetangga.

Usai menunaikan ibadah di tanah suci tersebut, para jamaah pulang dengan membawa gelar terhormat: haji atau hajjah. Gelar ini bukan sekadar simbol keberhasilan spiritual, tetapi merupakan panggilan kehormatan yang membawa tanggung jawab moral yang besar.

Namun, sangat disayangkan jika gelar Haji hanya menjadi gelar sosial, tanpa disertai perubahan sikap dan perilaku. Berikut materi khutbah jumat menyambut kedatangan jemaah haji.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

قَالَ اللهُ تَعَالَى: اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا

Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,

Makna spiritual di balik gelar haji adalah puncak dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Ia telah melewati rukun Islam yang lain dan pada akhirnya menunaikan ibadah yang menuntut ketulusan, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa. Maka, saat seseorang pulang dan mendapat panggilan haji, itu berarti ia telah menyatakan janji di hadapan Allah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: (Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat (QS Al-Baqarah: 197).

Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,

Ayat ini menegaskan bahwa nilai-nilai ibadah haji harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bahkan setelah pulang ke tanah air. Maka, panggilan haji tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga menjadi peringatan akan janji dan ikrar kepada Allah untuk meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.

Panggilan haji sebagai rem sosial dan moral. Gelar haji di masyarakat kita seringkali dianggap sebagai simbol kesalehan dan keteladanan. Oleh karena itu, orang yang dipanggil "Pak Haji" atau "Bu Hajah" secara tidak langsung menjadi panutan dalam lingkungan sosialnya.

Setiap ucapan dan tindak-tanduknya akan dinilai, bahkan ditiru. Maka dari itu, sangat tidak pantas jika seorang yang sudah bergelar haji masih terjerumus dalam perbuatan maksiat, seperti korupsi, ghibah, penipuan, atau kelalaian dalam ibadah.

Jika seseorang yang bergelar haji justru menjadi pelaku maksiat, maka dua kerugian besar akan terjadi: pertama, kehormatan pribadi sebagai haji menjadi tercoreng; kedua, nama ibadah haji sendiri bisa tercemar di mata masyarakat.

Halaman:

Tags

Terkini