Ayat ini berasal dari Surat al-Ahqaf ayat 35. Petikan ini mengajarkan bahwa kesulitan hidup, termasuk rasa sakit dalam persalinan, hanyalah sementara dan akan berlalu.
Kemudian, Imam Ahmad melanjutkan dengan ayat:
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَها لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحاها
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.”
Ayat ini diambil dari Surat An-Nazi’at ayat 46. Tujuannya adalah untuk meneguhkan hati si ibu bahwa penderitaan melahirkan tidak akan berlangsung lama, dan akan segera digantikan dengan kebahagiaan menyambut buah hati.
Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dan pujian kepada Allah sebagai bagian dari proses persalinan bukanlah sihir atau jimat, melainkan bentuk tawassul (perantara) dengan doa-doa yang bersumber dari kalam Allah.
Doa-doa ini berfungsi untuk menenangkan jiwa, menguatkan hati, dan menanamkan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala urusan. Dengan ketenangan jiwa, hormon oksitosin yang memperlancar kontraksi pun lebih mudah bekerja.
Semoga doa yang diajarkan Imam Ahmad bin Hanbal ini menjadi wasilah kemudahan bagi para ibu yang sedang menanti kelahiran buah hatinya. Wallahu ‘alam.***