pendidikan

Khutbah Jumat Idul Adha Juni 2025 : Menjalankan Perintah Berkurban Adalah Bentuk Ketakwaan Kepada Allah

Kamis, 5 Juni 2025 | 05:54 WIB
Hewan kurban

Merujuk penjelasan Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi dalam kitab Tafsir wa Khawathirul Umam, jilid I, halaman 603, menjelaskan bahwa kenapa hewan kurban yang tidak dilandasi dengan takwa tidak akan sampai kepada Allah? Karena tujuan utama dari syariat ini adalah untuk menanamkan keikhlasan dan kepedulian.

Karenanya, hikmah dari disyariatkannya kurban ini adalah untuk rela melepas sebagian harta dan menyerahkan yang terbaik dari milik kita sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan kasih sayang kepada sesama. Dengan berbagi daging kurban kepada tetangga, kerabat, dan kaum dhuafa, maka akan terjalin hubungan sosial yang erat dan menciptakan suasana kebersamaan yang indah,

وَحِيْنَ يُعْطِي الْغَنِيُّ مِمَّا أَفَاضَ اللهُ عَلَيْهِ لِلْفَقِيْرِ يُؤَلِّفُ قَلْبَهُ، وَيَجْتَثّ مِنْهُ الغِلَّ وَالْحَسَدَ، وَيَدْعُو لَهُ بِدَوَامِ النِّعْمَةِ

Artinya, “Dan ketika orang kaya memberikan sebagian dari apa yang Allah limpahkan kepadanya kepada orang miskin, maka ia menyatukan hati orang itu, mencabut rasa dengki dan iri dari dalam dirinya, serta membuatnya mendoakan agar nikmat itu tetap langgeng baginya.”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dengan demikian, maka salah satu hikmah yang bisa kita raih di momen Idul Adha ini adalah tumbuhnya rasa empati dan solidaritas di tengah masyarakat. Sebab ibadah kurban tidak hanya perihal menyembelih hewan, tapi menyembelih keegoisan diri, membagi kebahagiaan, dan membuka pintu kasih sayang antarsesama.

Ketika daging kurban dibagikan kepada yang membutuhkan, sejatinya kita sedang membangun jembatan hati antara orang-orang yang mampu dan yang kekurangan.

Rasa iri sirna, rasa syukur tumbuh, dan masyarakat pun terjaga dari jurang kesenjangan sosial yang memecah belah. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw menggambarkan bahwa sesama muslim itu laksana bangunan kukuh yang harus saling menguatkan, dalam salah satu haditsnya, Nabi bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya, “Orang mukmin kepada orang mukmin lain bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan.” (HR at-Tirmidzi). Dalam riwayat yang lain, Nabi menggambarkan seorang mukmin dengan mukmin yang lain sebagai bagian dari sebuah kesatuan yang erat, laksana satu tubuh, ketika salah satu anggota sakit, maka semua anggota yang lain juga turut merasakannya. Nabi bersabda:

تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ، وَتَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ. إِذَا اشْتَكَى عضْوًا، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى

Artinya, “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam kasih sayang mereka, dan saling mencintai, serta tolong-menolong, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan susah dan tidak bisa tidur karena demam.” (HR Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa salah satu hikmah yang bisa kita raih dari Idul Adha adalah bahwa ibadah kurban tidak hanya perihal ritual, tetapi sarana membangun karakter dan ikatan sosial.

Kurban adalah jalan menumbuhkan keikhlasan, mempererat persaudaraan, dan meruntuhkan tembok kesenjangan. Ia melatih kita untuk berbagi, memahami penderitaan orang lain, serta mencintai sesama sebagai bagian dari diri kita sendiri.


Karenanya, mari kita jadikan Idul Adha tahun ini sebagai momentum pembaharuan jiwa, agar hati kita lebih lapang, ibadah kita lebih ikhlas, dan kepedulian sosial kita semakin nyata.

Halaman:

Tags

Terkini