Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentangnya, maka merugilah hidupnya. Hadirin rahimakumullah, Dalam rangka bergembira dan mensyukuri nikmat yang agung ini, nikmat bulan maulid, nikmat karena bulan kelahiran Nabi Muhammad saw, yakni dengan memperbanyak shalawat, bersedekah dan mengadakan acara-acara yang di dalamnya mengandung kebaikan, seperti berzikir, membaca Al-Qur’an, membaca sejarah nabi, sedekah kepada kaum Muslim, membaca shalawat dan segudang kebaikan lainnya.
Hal tersebut tidak bertentangan dengan Islam, karena segala sesuatu yang tidak bertentangn dengan syariat dan justru menguatkan keimanan umat Islam, maka diperbolehkan. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم وغيره)
Artinya: Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun (HR Muslim dan lainnya).
Oleh karenanya, Imam asy-Syafi’i ra berkata:
اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ" (رواه عنه الإمام البيهقي وغيره)
Artinya: Bid’ah itu ada dua macam: Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela), jadi bid’ah yang sesuai dengan sunnah adalah terpuji dan bid’ah yang menyalahi sunnah adalah tercela (Perkataan Imam asy-Syafi’i ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan lainnya).
Hadirin rahimakumullah,
Di Indonesia, peringatan maulid tidak hanya sebatas pada 12 Rabiul Awal saja, tetapi ada yang sebulan penuh, karena semata-mata bukti cinta kepada Nabi Muhammad saw. Imam as-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan maulid Nabi, beliau menjawab:
أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ ﷺ
Artinya: Pada dasarnya peringatan maulid, berupa berkumpulnya orang, membaca Al-Qur’an, meriwayatkan hadits-hadits tentang permulaan sejarah nabi dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah (perkara yang baik, meskipun tidak pernah dilakukan pada masa nabi) yang pelakunya akan memperoleh pahala, karena itu merupakan perbuatan mengagungkan nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita dengan kelahiran nabi yang mulia (Disebutkan dalam karya beliau, Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid).
Hadirin rahimakumullah,
Demikianlah khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Semoga kita diakui sebagai umat Nabi Muhamad saw, fiddini wad dunya wal akhirah. Aamin ya rabbal alamin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II