pendidikan

Khutbah Jumat 16 Agustus 2024 Tema Makna Merdeka, Apakah Benar Kita Sudah Merdeka Atau Belum Menurut Islam

Kamis, 15 Agustus 2024 | 05:41 WIB
Kemerdekaan RI

METRO SULTENG-Khutbah jumat kali ini bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus. Pada tahun 2024 ini jatuh pada Sabtu besok.

Pada HUT Kemerdekaan RI ini kita kerap memekikan kata merdeka. Namun apakah kita tahu bahwa apakah kita telah benar-benar merdeka atau belum. Berikut materi khutbah jumat tentang kemerdekaan yang secara harfiah berarti bebas dari belenggu, tekanan. Bebas dari penjajahan atau kekuasaan pihak tertentu yang lebih ditekankan pada kebebasan dari penderitaan fisik dan materi.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Puji syukur kepada Allah swt dengan ungkapan alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tattimmus shalihât, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, khususnya nikmat kemerdekaan Republik Indonesia dan kemerdekaan jiwa manusia dari semua belenggu kealpaan, sehingga kita semua bisa menunaikan segala tanggung jawab dan kewajiban dengan nyaman, tenang dan riang gembira. Semoga ibadah dan kebaikan yang kita lakukan, bisa menjadi amal yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ alih wa sahbih, yang telah mengajarkan kita semua arti dari sebuah kemanusiaan yang merdeka, sehingga bisa terlepas dari belenggu-belenggu nafsu yang buruk. Semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semua umatnya.

Selanjutnya, di atas mimbar yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak kepada diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.

Karena dengan modal iman dan takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dan akhirat. Dengan takwa pula, maka kita semua akan tergolong orang-orang yang mulia di sisi Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:


إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ


Artinya: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti (QS Al-Hujurat [49]: 13).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saat ini kita semua berada pada momentum kemerdekaan Republik Indonesia ke-79, puncaknya yaitu pada tanggal 17 Agustus 2024. Namun tidak kalah penting dari perayaan itu adalah merenungi kembali perihal kemerdekaan manusia itu sendiri. Sudahkah kita menjadi manusia merdeka? Atau sebaliknya, kita justru masih ditawan oleh hawa nafsu yang hina?

Syekh Zakaria al-Anshari dalam salah satu karyanya al-Ghararul Bahiyyah fi Syarhil Bahjah al-Wardiyyah, mengutip salah satu syi’ir yang layak untuk kita jadikan renungan bersama, perihal kemerdekaan seorang hamba. Menurutnya, barometer seorang hamba bisa dikatakan merdeka jika ia sudah bisa menerima semua yang ada pada diri kita (qana’ah), dan tidak tamak pada hal-hal yang tidak ada pada dirinya.


الْعَبْدُ حُرٌّ إنْ قَنِعْ وَالْحُرُّ عَبْدٌ إنْ طَمِعْ فَاقْنَعْ وَلَا تَطْمَعْ فَمَا شَيْءٌ يَشِينُ سِوَى الطَّمَعْ

Halaman:

Tags

Terkini