Habib Ali Zainal Abidin al-Jufri di dalam kitabnya, al-Insaniyah qabla al-Tadayun, menegaskan bahwa sudah seyogyanya kita menyadari eksistensi kemanusiaan kita sehingga keberagamaan yang kita lakukan setiap hari menjadi tepat. Sebab sejatinya, keberagamaan dan kemanusiaan berbanding lurus.
Bila sikap kemanusiaannya baik maka keberagamaannya akan baik pula. Dengan begitu sifat-sifat seperti egois, rakus, pencitraan, gila jabatan, dan popularitas akan tercerabut dari dalam diri kita. Menyadari nilai-nilai kemanusiaan meniscayakan kesetaraan antar sesama manusia dengan tanpa mempersoalkan agamanya. Ketika rasa setara itu tumbuh maka rasa superior dan inferior akan lenyap dari dalam tubuh kita. Itulah yang diajarkan agama kita melalui firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat: 13)
Ayat tersebut dengan tegas menyatakan bahwa orang yang memiliki derajat paling tinggi di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Maka dari itu, kita tidak boleh bersikap semena-mena kepada orang lain karena kita mayoritas, misalnya.
Tidak boleh merasa lebih baik karena warna kulit, fisik, kepintaran, finansial, bahkan nasab sekalipun. Sebab jika salah satu saja dari aspek-aspek itu dinilai sebagai sesuatu yang layak dibanggakan, maka akan memunculkan sifat buruk yang berpotensi melukai orang lain. Inilah yang terjadi pada Israel terhadap Palestina.
Israel merasa lebih superior dibandingkan Palestina makanya kemudian melakukan teror, pembantaian, dan penjajahan. Sikap Israel ini setidaknya telah melanggar resolusi PBB pada tanggal 14 Desember 1960, yang dipertegas dan diresmikan oleh Mahkamah Internasional.
Dalam keputusan tanggal 21 Juni 1971 disebutkan: “Dasar hak penentuan nasib diri-sendiri untuk segala bangsa yang terjajah dan cara-cara untuk mengakhiri dengan secepat-cepatnya segala macam bentuk penjajahan, sudah ditegaskan dalam Resolusi 1514 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.”
Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Melihat perbuatan Israel terhadap Palestina yang bertentangan dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan, membuat kita harus berkontribusi untuk meringankan penderitaan warga Palestina.
Namun karena kita tidak memungkinkan untuk pergi langsung ke sana, maka setidaknya kita melakukan cara lain untuk mencapai tujuan tersebut. Di antaranya adalah membuat Israel kelimpungan dalam menyokong pendanaan amunisi yang digunakan untuk menjajah yakni dengan boikot. Betapa banyak merek dan produk di sekitar kita yang keuntungannya digunakan untuk mendanai para militer Israel, yang saat ini sedang menjajah Palestina.
Mari kita mengingat ayat yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Artinya: “Dan hendaklah kalian saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.” (QS. al-Maidah: 2)