METRO SULTENG-Masyarakat Muslim pada umumnya meyakini bahwa peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW terjadi pada tanggal 27 Rajab. Hal ini membuat banyak Muslim memperingatinya pada tanggal tersebut setiap tahunnya.
Namun, apa keyakinan itu dapat dibenarkan? Sofiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam karyanya yang berjudul Rahiqul Makhtum menyebutkan enam macam pendapat yang menjelaskan waktu terjadinya Isra dan Miraj.
Namun, dari enam pandangan itu tidak ada satu pun yang menyebut tanggal pasti. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Al-Aini dalam karyanya yang berjudul Umdatul Qari dan An-Nawawi dalam kitabnya yang berjudul Al-Minhaj.
Beragam pandangan tersebut di antaranya sebagai berikut. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa Isra dan Miraj terjadi pada tahun kedua setelah diutusnya Nabi Muhammad sebagai nabi.
Baca Juga: Apa Hukum Sedekah Atas Nama Orang Yang Sudah Meninggal di Bulan Rajab
Kedua, Isra dan Miraj terjadi pada tahun kelima setelah diutusnya nabi. Pendapat ini diamini oleh An-Nawawi dan Al-Qurthuby. Pandangan ketiga dikemukakan oleh Al-Manshur Faury, yakni pendapat yang lumrah dan populer di kalangan masyarakat, 27 Rajab tahun kesepuluh setelah diutusnya Nabi.
Keempat, pendapat Amam Al-Baihaqi yang mengutip pendapat Az-Zuhri, Isra dan Miraj terjadi pada Rabi’ul Awal tahun ketiga belas setelah diutusnya nabi, yakni satu tahun sebelum hijrahnya Nabi ke Madinah.
Kelima, menurut pendapat As-Sadi, Isra dan Miraj terjadi pada sembilan belas bulan sebelum peristiwa Hijrah, yakni bertepatan dengan bulan Dzulqadah.
Keenam, menurut Al-Harby, Isra dan Miraj terjadi pada tanggal 27 Rabiul Akhir satu tahun sebelum hijrahnya Nabi.
Ketujuh, pada bulan Ramadhan tahun ke-12 setelah kenabian, yakni enam belas bulan sebelum hijrahnya Nabi.
Kedelapan, pada bulan Muharram 13 tahun setelah kenabian, yaitu bertepatan dengan satu tahun dua bulan sebelum hijrahnya nabi.***
Sumber: NU Online