METRO SULTENG - Pekerjaan irigasi Gumbasa paket II di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, progres fisiknya di lapangan baru 26 persen hingga akhir Agustus 2022. Progres ini terbilang lambat. Sementara waktu yang tersisa kurang lebih 6 bulan lagi.
Proyek yang bersumber dari dana Loan ADB ini, dikerjakan PT Wijaya Karya Kso PT Passokorang. Nilai pagunya sekitar Rp330 miliar. Kontrak pekerjaan ini dimulai 19 Desember 2021 hingga 31 Maret 2023.
Baca Juga: POPDA Tingkat Sulteng di Morowali Berakhir, Irvan Aryanto: Tekankan Evaluasi dan Pembinaan
Pantauan di lapangan, beton-beton cetakan milik perusahaan, banyak yang belum terpasang. Bahkan hampir sebagian besar. Beton-beton berbentuk kubus dan datar diletakan di sepanjang lokasi proyek sejak Juli 2022 lalu.
Selain itu, pekerjaan tanah yakni tepian kiri dan kanan irigasi, sudah banyak yang longsor. Bahkan sudah ditumbuhi rerumputan. Sekilas tampak seperti hutan.
Informasi yang dihimpun media ini di lapangan, ada beberapa hal yang memicu sehingga pekerjaan lambat. Seperti, pemasangan beton yang sering kali dibongkar lagi. Karena terjadi kemiringan saat beton sudah terpasang di lapangan.
Serdy, Humas PT Wijaya Karya. (foto: dok.MS)
"Bagaimana tidak mau lambat, begitu selesai dipasang, disuruh bongkar lagi. Karena miring. Yang suruh bongkar pengawas,"kata salah seorang pekerja lapangan ditemui media ini, Jumat (2/9/2022).
Kenapa bisa begitu? Menurut pekerja ini,
beton cetakan perusahaan ada kakinya di bagian bawah. Sehingga ketika dipasang dipastikan ada kemiringan. Padahal hanya miring sedikit.
"Kami pekerja ini, tidak bisa membantah. Ketika pengawas lapangan dari perusahaan suruh bongkar lagi, ya kami bongkar. Bukan salah kami kalau lambat pekerjaan di lapangan,"ujar pekerja itu lagi.
Berbeda dengan cetakan beton pekerjaan irigasi Gumbasa yang sebelumnya. Yang di Desa Pandere dan Kalawara. Cetakan betonnya tidak pakai kaki seperti yang sekarang.
"Saya sudah sering kerja irigasi begini. Dari pertama kerja disini, saya sudah feeling. Ini pemasangan beton akan miring. Betul sekali. Yang saya prediksi terjadi di lapangan,"cerita pekerja senior ini.
Dirinya khawatir, ketika progres di lapangan lambat, sementara mereka bekerja diburu waktu, pamasangan beton akan miring-miring. Begitu selesai proyek, saat pemeriksaan secara keseluruhan, banyak temuan kualitas di lapangan.
"Terus siapa yang disalahkan? Kami hanya bekerja. Ibarat makan, apa yang disajikan di meja, itu yang kami makan,"ketusnya.
Kalau model cetakan beton tetap begini, pekerjaan akan lambat. Sebab, pemasangan tidak bisa dikebut. Apalagi sisa waktu tinggal 6 bulan begini. "Tapi mau diapa, beton sudah terlanjur tercetak banyak,"tandas pekerja yang menolak disebut namanya.
Dikonfirmasi wartawan di kantornya Jumat sore, Serdy selaku Humas PT Wijaya Karya mengakui, memang ada keterlambatan pekerjaan di lapangan. Tapi keterlambatan kata dia, bisa disiasati dan tidak masalah.
Keterlambatan katanya, dipicu dua hal. Pertama, izin material yang lambat keluar. Kedua, metode kerja di lapangan.
Terkait izin material, daerah setempat dalam hal ini Kabupaten Sigi, tidak bisa mengeluarkan izin penggunaan. Makanya, izin material yang dipakai pihaknya yakni izin penggunaan khusus. Dan izin ini harus diurus di tingkat provinsi melalui dinas lingkungan hidup dan instansi terkait lainnya.
"Kami urus izinnya sejak Desember, nanti disetujui bulan Maret. Ini yang bikin terlambat,"jelasnya.
Soal metode kerja di lapangan, juga sudan dilakukan evaluasi. Dan sudah oke.
"Metode kerja ini sudah kami sadari. Dan sudah dilakukan evaluasi,"katanya enteng terkait proyek ratusan miliar ini.
Ditanya pekerjaan pemasangan beton precast (beton cetakan) sering disuruh bongkar oleh konsultan pengawas lapangan, Serdy menolak kalau beton yang ada kakinya dijadikan kambinghitam. Beton precast milik perusahaan sudah sesuai mutu dan standar.
Beton proyek milik PT Wijaya Karya di pekerjaan irigasi sungai Gumbasa yang belum dipasang. (foto: ist)
"Karena ada elavasi tanah. Sehingga terjadi miring-miring begitu. Tidak masalah sebenarnya,"katanya lagi.
Progres yang baru 26 persen, ujar Serdy, sudah mereka bahas secara internal yang melibatkan PT Passokorang selaku perusahan Kso (mitra/sub).
"Kami sudah lakukan review schedulle. Dengan sisa waktu yang ada, kami optimistis bisa 100 persen sampai 31 Maret 2023 nanti,"yakin Serdy.
Secara detail, Serdy menjelaskan, total pekerjaan irigasi Gumbasa yang dikerjakan PT Wijaya Karya yang ber-Kso dengan PT Passokorang, semuanya 45 kilometer. Ini sudah dengan pekerjaan irigasi tersier yang melibatkan P3A dan kelompok tani.
Kalau untuk pekerjaan irigasi sekunder, panjangnya 10 kilometer. Terbagi dalam tiga segmen. Segmen 1 (Sibalaya Selatan - Sibowi), segmen 2 (Sibowi - Sidondo I), segmen 3 (Sidondo I - Lompio).
"Model pekerjaan di lapangan dikerja per segmen. Sehingga mudah terpantau progresnya,"tutup Serdy. ***