sosok-selebriti

Andi Amran Sulaiman Sebagai Fenomena Tokoh Kawasan Timur Indonesia Versi Baru JK

Jumat, 27 Juni 2025 | 05:56 WIB

Oleh : Ali Mochtar Ngabalin (Ketua Umum Forum Kajian Mahasiswa Pascasarjana Asal Sulawesi Selatan (FKM-PASS) Pusat Jakarta Periode: 1997–2001)

METRO SULTENG -- Dalam tulisan sebelumnya, saya menyebut pelantikan pengurus BPP KKSS sebagai momentum pulang ke rumah besar perjuangan. Tulisan ini saya lanjutkan sebagai kesaksian lahirnya poros kepemimpinan baru yang menyatukan denyut kekuatan Indonesia Timur dan Tengah. Sosok itu adalah Dr. H. Andi Amran Sulaiman, MP.

Pada 22 Juni 2025, Amran Sulaiman resmi dilantik sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) periode 2025–2030. Pelantikannya bukan sekadar agenda rutin organisasi, tetapi momentum transformatif: diaspora perantau tidak lagi hanya pengisi ruang pembangunan, tetapi pengarah haluan bangsa.

Sebagai Menteri Pertanian yang kembali dipercaya di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Amran memiliki modal lengkap: kekuatan teknokratik, jaringan usaha solid, integritas birokrasi, dan akar sosial mendalam. Kini, ia memimpin diaspora nyata—lebih dari 4 juta warga perantau Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Baca Juga: Gubernur Sulteng Siapkan Penataan Manajemen Baru BUMD

Dari sinilah saya memperkenalkan konsep baru: KAPAMA-NUSA, akronim dari Kalimantan, Papua, Maluku, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

KAPAMA-NUSA merepresentasikan kawasan strategis Indonesia bagian tengah dan timur—wilayah tempat diaspora perantau tidak sekadar tumbuh, tetapi memimpin dan membangun. Mereka menjadi tulang punggung sosial-ekonomi masyarakat lokal, menyatukan denyut Kalimantan yang kaya sumber daya, Papua yang penuh potensi, Maluku yang historis, Bali sebagai simpul pariwisata dan diplomasi budaya, Nusa Tenggara yang produktif, dan Sulawesi sebagai poros diaspora Bugis-Makassar-Toraja.

Terpilihnya Dr. Andi Amran Sulaiman sebagai Ketua Umum BPP KKSS 2025–2030

Posisi Amran kini berada di persimpangan strategis. Beliau tidak boleh berhenti di organisasi. Ia harus naik ke gelanggang politik nasional.

Amran telah selesai dengan dirinya sendiri. Ia bukan pencari panggung, melainkan pekerja sunyi yang kredibilitasnya dibangun melalui prestasi konkret. Justru karena itu, ia layak diberi ruang memimpin lebih besar.

Kepemimpinan di KKSS bukan tempat latihan, melainkan ladang konsolidasi strategis. Konsolidasi massa terorganisir, kekuatan ekonomi riil, potensi politik terukur, dan arah kebijakan jelas.

Organisasi sebesar ini membutuhkan figur yang tidak hanya kuat secara simbolik, tetapi juga strategis secara politik. Amran memiliki konvergensi semua perangkat kekuatan—ekonomi, birokrasi, jaringan, kredibilitas, serta legitimasi sosial dan kultural.

Baca Juga: Seluruh Korban Longsor di Parigi Moutong Ditemukan Tewas, Operasi SAR Dihentikan, Berikut Identitas para Korban

Setelah era Jusuf Kalla sebagai patron elite nasional dari Timur, kini lahir generasi baru bernama Amran Sulaiman. Ia bukan duplikat JK, melainkan versi baru dengan gaya kepemimpinan berbeda namun semangat pengabdian sama: membangun negeri dengan kerja keras, bukan slogan.

Jika JK menata kekuatan dengan patron-client relationship yang khas masa itu, maka Amran meniti jalannya lewat meritokrasi dan kerja konkret di setiap level. Jika JK beroperasi dalam era yang bertumpu pada figur sentral, Amran beroperasi dalam era yang menuntut kepemimpinan institusional dan pendekatan sistemik.

Inilah saatnya kekuatan KAPAMA-NUSA naik ke permukaan politik nasional. Tidak lagi menjadi penonton kekuasaan, melainkan arsitek kebijakan. Tidak hanya menyumbang pekerja dan pemodal dari daerah, tetapi juga kader politik dan pemimpin nasional berkualitas.

Halaman:

Tags

Terkini