METRO SULTENG - Akibat perubahan wajah kampung halaman yang dahulunya di kelilingi pepohonan rumbia (sagu), keluarga Tri Awili Raya Pode yang selama ini bermukim di kota Gudeg Jogjakarta, kagetnya bukan main.
Akhir tahun ini, ia memang pulang kampung. Ia merayakan Natal 2023 dan tahun baru 2024 di kampung halamannya di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulteng.
Baca Juga: PT GNI Rabat Beton Jalan Trans Sulawesi, PPK 43 BPJN Beri Apresiasi
Tri Awili sangat takjub begitu menginjakkan kaki di Desa Bunta. Ia bahkan nyaris tersesat akibat sudah tidak hafal lagi letak rumah kedua orang tuanya setibanya di Desa Bunta.
"Saya dan suami bersama empat anak saya tiba di Desa Bunta pada tanggal 20 Desember 2023. Saat memasuki Desa Bunta, saya bingung letak rumah dimana sudah. Ini akibat pesatnya kemajuan desa-ku Desa Bunta," cerita Tri Awili yang akrab disapa Ili.
Tak hanya itu, anak bungsu salah satu tokoh adat dan tokoh masyarakat Kabupaten Morowali Utara Julius Pode ini, mengatakan, saat tiba di Desa Bunta kebetulan pada malam hari.
Alangkah bahagianya ia dengan suasana semarak lampu-lampu hias Natal. Lampu-lampu rumah penduduk dan padatnya bangunan yang sudah permanen di sisi kiri dan kanan jalan desanya, makin menambah rasa kagumnya malam itu.
"Memasuki Desa Bunta, pertama yang dilihat bangunan klinik serta toko serta kios-kios. Bahkan sudah ada pasar malam. Saya sempat bertanya kepada pengemudi mobil yang membawa kami, ini sudah dimana? Lantas pengemudi menjawab, ini sudah di Bunta," kata Ili sembari terkekeh.
Baca Juga: PT GNI Berbagi Kasih Lewat Bansos Jelang Natal dan Tahun Baru
Bunta dahulu berbeda dengan Bunta yang sekarang. Apalagi setelah PT GNI hadir membangun smelter nikel.
"Perubahan ini pastinya setelah adanya PT GNI. Ini perubahan besar dan patut disyukuri ole penduduk Desa Bunta. Rata-rata ekonomi masyarakat sekarang sudah berubah," salut Ili.
Penduduk Bunta juga semakin padat. Tidak hanya warga asli saja. Tapi sudah dari berbagai suku, agama dan ras yang kebanyakan berkerja di PT GNI.
"Dan mereka ngontrak di rumah rumah kos penduduk asli. Mereka hidup rukun dalam keberagaman," sanjung Ili Pode. ***