sosial-budaya

Rumah Rusak karena Banjir, Penyintas di Desa Sekumur Aceh Tamiang Pakai Terpal untuk Tempat Tinggal: Butuh Tenda yang Layak

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:05 WIB
Warga Desa Sekumur, Aceh Tamiang yang kekurangan tenda layak untuk tempat tinggal pascabanjir. (Instagram/marlinaausman)

METRO SULTENG- Sudah hari ke-24 sejak banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang 3 provinsi di Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada 27 November 2025 lalu.

Aceh Tamiang menjadi salah satu kabupaten di Aceh yang terdampak paling parah usai banjir pada 17 November 2025.

Dalam unggahan video Marlina Usman, istri Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem, salah satu desa di Aceh Tamiang, yaitu Desa Sekumur masih kesulitan akses.

Akses Hanya Lewat Kapal, Jembatan Putus Total

“Semuanya hancur luluh lantak, tak tersisa apapun yang bisa mereka gunakan untuk membangun lagi rumah mereka,” tulis keterangan dalam unggahan di Instagram @marlinaausman pada Minggu, 21 Desember 2025.

Jembatan yang biasa menjadi penghubung akses ke Sekumur hanyut saat banjir dan membuat aksesnya pun terputus total.

Baca Juga: Tak Hanya Tanggap Darurat, BRI Kawal Pemulihan Jangka Panjang Masyarakat Terdampak Bencana Sumatera

Warga yang ingin mencapai Desa Sekumur harus menyeberangi sungai dengan perahu milik nelayan.

“Akses menuju kampung Sekumur ini harus menggunakan perahu karena jembatan yang biasa mereka gunakan sudah terbawa arus. Dari kota Tamiang, kami menempuh perjalanan 2 jam untuk tiba di sini,” lanjutnya.

Penyintas Butuh Tenda untuk Posko Pengungsian

Nestapa kehilangan rumah juga dialami oleh warga Desa Sekumur usai banjir dan tanah longsor, sehingga mereka pun harus tinggal di posko pengungsian.

“Dari sungai, jarak tenda yang didirikan oleh swadaya masyarakat sekitar 800 meter dengan jalan yang masih berlumpur. Kini mereka sangat membutuhkan tenda yang layak, penampungan dan penyaringan air bersih, genset dan lampu penerangan serta perlengkapan sarana ibadah,” terang Marlina.

“Semua rumah di sini lenyap, hanya menggunakan terpal, warga di sini bahu-membahu mendirikan tempat tinggal sementara,” imbuhnya.

Baca Juga: Jelang Nataru 2025–2026, Polda Sulteng Cek Kesiapan Pelabuhan di Morowali Utara

Menurut informasi tambahan yang diunggah Marlina Usman, ada sekitar 260 kepala keluarga dengan total sekitar 1.200 jiwa.

Halaman:

Tags

Terkini