"Satu minggu dari hari ini, kalau CPM tidak ada respon terkait tuntutan kami, akan ada aksi lanjutan supaya CPM diusir keluar dari Kota Palu," tegasnya.
Baca Juga: DLH-Polda Sulteng Sidak PT CPM, Temukan Dokumen Lingkungan Tak Pernah Dilaporkan
Menurutnya, warga tidak ingin konflik berkepanjangan, namun ketidakjelasan sikap perusahaan membuat kesabaran masyarakat semakin menipis. Ia berharap PT CPM segera memberikan jawaban resmi sehingga tidak ada eskalasi aksi di kemudian hari.
Sofyar menjelaskan bahwa masyarakat ingin menghindari ketegangan lebih lanjut, tetapi apabila aspirasi mereka terus diabaikan, maka warga siap melakukan aksi yang lebih besar.
Ia menyatakan bahwa masyarakat tidak menolak keberadaan perusahaan, tetapi menuntut pembagian ruang yang adil agar warga tidak semakin terpinggirkan dari tanah yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka.
Sayangnya, aksi yang berlangsung hingga siang hari itu tidak direspons oleh pihak manajemen PT CPM. Tidak ada satu pun jajaran direksi maupun petinggi perusahaan yang turun menemui para demonstran. Kondisi ini memperkuat kekecewaan warga yang telah berkali-kali menyampaikan aspirasi namun tidak pernah mendapat tanggapan konkret.
Baca Juga: Alat Pendeteksi HCN di Poboya Tergolong Canggih, CPM Klaim Operasionalnya Sesuai Regulasi
Para peserta aksi tetap berada di depan kantor perusahaan meski tidak ada perwakilan yang hadir. Mereka melanjutkan orasi dan menyuarakan tuntutan melalui pengeras suara, sambil berharap pihak perusahaan bersedia membuka dialog terbuka sebagaimana telah diminta sejak lama.
Ketiadaan respons membuat warga menilai PT CPM enggan memberikan kepastian terkait pengelolaan lahan konsesi dan potensi perubahan kebijakan yang memberikan ruang bagi WPR.
Aksi tersebut mendapat pengamanan ketat dari aparat Polresta Palu. Puluhan personel disiagakan untuk memastikan jalannya demonstrasi tetap tertib. Aparat terlihat menjaga agar tidak terjadi kericuhan antara warga dan pihak perusahaan.
Setelah beberapa jam menyampaikan tuntutan, para demonstran akhirnya membubarkan diri secara tertib. Namun mereka menegaskan bahwa aksi ini bukanlah yang terakhir.
Baca Juga: CPM Disebut Belum Miliki Alat Pemantau Udara, Paparan Gas Beracun Jenis HCN Tidak Termonitor
Warga telah sepakat untuk kembali turun ke jalan apabila dalam waktu satu minggu ke depan PT CPM tidak memberikan jawaban resmi atas tuntutan penciutan lahan konsesi untuk dijadikan Wilayah Pertambangan Rakyat.
Bagi warga Poboya, perjuangan ini bukan hanya soal pengelolaan tambang, tetapi juga tentang hak memperoleh kesempatan ekonomi yang selama ini terhalang oleh kebijakan perusahaan.
Para tokoh masyarakat menyatakan bahwa aksi lanjutan akan dirancang lebih besar dan melibatkan lebih banyak elemen komunitas apabila tidak ada kepastian dari PT CPM.