sosial-budaya

Gunung Mateantina, Jejak Sejarah Budaya Morowali yang Mulai Terlupakan di HUT RI ke-80

Minggu, 17 Agustus 2025 | 10:24 WIB
Warga Kolono, Amrin Batudoka dan gunung mateantina (Ist/metrosultang)

 

METROSULTENG – Embun pagi masih menyelimuti lereng Gunung Mateantina, Minggu (17/8/2025). Dari kejauhan, pucuknya tampak lengang, hanya hamparan hijau hutan yang berdiri dalam keheningan. Padahal, setiap tanggal 17 Agustus, puncak gunung di Desa Kolono, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali itu biasanya ramai. Merah Putih raksasa terbentang megah, menantang langit, menjadi penanda semangat kemerdekaan yang tak pernah padam.

Namun tahun ini, suasana berbeda. Pada peringatan HUT RI ke-80, Mateantina sunyi tanpa kibaran sang saka. Tradisi yang sepuluh tahun terakhir selalu menjadi kebanggaan warga Kolono itu untuk pertama kalinya absen.

Amrin Batudoka, warga yang sudah lebih dari dua dekade bermukim di Kolono, masih mengingat betul arti tradisi itu.

“Mateantina punya jejak sejarah dan kebudayaan yang patut terus dilestarikan. Selama sepuluh tahun terakhir, warga rutin membentangkan bendera Merah Putih dengan panjang sesuai usia Indonesia, sebagai simbol mengenang perjuangan merebut kemerdekaan,” tutur Amrin kepada Metrosulteng.

 

Bagi masyarakat Kolono, Mateantina bukan hanya sekadar gunung. Ia adalah ruang memori kolektif yang menghubungkan mereka dengan nilai perjuangan dan sejarah kerajaan Fita To Bungku. Karena itu, hilangnya ritual pengibaran bendera tahun ini seakan menjadi penanda mulai pudarnya perhatian terhadap warisan budaya yang begitu penting.

Amrin menilai, momentum HUT RI seharusnya justru dimanfaatkan untuk kembali menghidupkan tradisi luhur itu. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah daerah, agar Gunung Mateantina tak hanya dikenal sebagai bentang alam, tetapi juga sebagai situs budaya dan sejarah yang layak diwariskan ke generasi mendatang.

“Semoga ada perhatian dari Pak Bupati. Mateantina bukan hanya gunung, tapi warisan budaya yang akan kami ceritakan kepada anak cucu. Olehnya itu, saya berharap ada pengembangan objek wisata sejarah di sini,” pinta Amrin penuh harap.

Kini, Gunung Mateantina seakan menunggu tangan-tangan yang peduli untuk kembali mengibarkan makna perjuangan, agar Merah Putih kembali berkibar di puncaknya, seperti tahun-tahun yang lalu. (*)

 

 

Tags

Terkini