sosial-budaya

Ibukota Sulteng Dikepung Banjir, ART Desak Walikota Palu dan Gubernur Evaluasi Aktivitas Pertambangan

Jumat, 25 April 2025 | 18:30 WIB
Banjir terjadi di depan RSUD Undata Jalan Martadinata Kota Palu, Jum'at sore (25/4/2025).

METRO SULTENG - Kota Palu dikepung banjir pada Jum'at sore (25/34/2025), setelah dilanda hujan selama beberapa jam.

Ruas-ruas jalan di ibukota Provinsi Sulawesi Tengah itu tiba-tiba jadi "sungai dadakan", karena drainase tidak mampu menampung debit air hujan. Akibatnya air meluap ke jalan-jalan.

Khususnya di wilayah Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Uljadi, rumah-rumah warga terdampak banjir kiriman yang disinyalir akibat aktivitas tambang galian C yang berada di bagian pegunungan.

Abdul Rachman Thaha. (Foto: Ist).
Menanggapi hal ini, tokoh masyarakat Kota Palu Abdul Rachman Thaha meminta dilakukan penanganan secara serius. Banjir di Kota Palu menjadi bahan evaluasi terhadap aktivitas lingkungan di Kota Palu dan Sulawesi Tengah secara umum.

"Saya meminta Walikota Palu Hadianto Rasyid melakukan evaluasi apa penyebab banjir sore ini. Lingkungan kita sudah memprihatinkan. Terlebih di wilayah Kecamatan Palu Barat dan Ulujadi, ada aktivitas pertambangan disana yang harus dievaluasi," desak pria yang karib disapa ART ini.

Secara keseluruhan, ART bahkan meminta Gubernur Sulteng Anwar Hafid untuk memperketat standar pengelolaan lingkungan aktivitas pertambangan. Karena wilayah Sulteng saat ini dimana-mana sudah rawan bencana khususnya banjir.

"Banjir Kota Palu, Morowali dan Morowali Utara, sangat memprihatikan kita. Di tiga daerah ini ada investasi besar di sana. Pengelolaan lingkungan harus kita awasi ketat, dari segi aturan dan praktik lapangannya. Kalau tidak mau diatur, harus ditindaki," ujar ART.

Banjir pada Jum'at sore (25/4/2025) sudah menggenangi rumah warga di Kecamatan Palu Barat.
Anggota DPD RI periode 2019-2024 lalu itu berharap agar investasi wajib memperhatikan dampak lingkungan. Karena pegunungan yang dikeruk sangat berdampak besar bagi kehidupan lingkungan sekitar. Dan dampaknya paling dikhawatirkan adalah bencana alam.

"Gunung adalah pasaknya bumi. Ketika pasaknya dieksploitasi atau terganggu, tunggu saja akibatnya. Siap-siap terjadi banjir atau tanah longsor. Kita lihat wilayah Sulteng sekarang ini. Banjir dimana-mana. Ada yang kurang pas dengan perlakuan terhadap lingkungan kita. Gunung mulai gundul. Tidak berjalan seimbang dengan hadirnya investasi tambang," ART mengingatkan.

Untuk itu, ia mendesak segera dilakukan evaluasi pertambangan di Sulteng. Pengelolaan lingkungannya harus dikuliti baik-baik. Jangan masyarakat jadi korban dari investasi yang tidak berpihak pada lingkungan.

"Bumi Allah ini harus kita jaga untuk kemaslahatan kita bersama. Jangan dirusak dengan seenaknya tanpa ada tanggung jawab untuk memeliharanya," warning pria kelahiran Palu ini. (*)

Tags

Terkini