METRO SULTENG - Upaya penolakan dari masyarakat terhadap eksploitasi tambang emas bawah tanah di kawasan Poboya, Kota Palu, Sulawesi Tengah, sepertinya tidak dihiraukan PT Citra Palu Minerals (CPM). Sebab, CPM dan investor asing-nya Macmahon Holding Limited terus melanjutkan proyek tersebut.
Saat ini, aktivitas penggalian pembuatan terowongan bawah tanah untuk mendukung eksploitasi tambang emas bawah tanah Poboya, sementara berjalan. Meski itu dinilai mengancam keberlanjutan lingkungan, sumber air, dan meningkatkan risiko bencana di wilayah rawan gempa.
Menanggapi hal ini, warga setempat, Riswan, menaruh kekhawatiran terhadap dampak hidrogeologi dari proyek tersebut.
Baca Juga: Aktivis Lingkungan Tantang CPM Buka Data Pemantauan Kualitas Udara di Poboya
"Tambang bawah tanah berisiko merusak aliran sungai Pondo, sumber air utama warga, serta mengganggu kestabilan tanah di jalur Sesar Palu Koro," ujar Riswan, Minggu (6/4/2025).
CPM dan Macmahon, kata dia, hanya mengejar keuntungan untuk mengolah deposit emas besar di lapisan bumi lebih dalam Poboya. Sementara keselamatan warga dan lingkungan tidak mereka pedulikan lagi.
Ketua FPK, Erwin Lamporo, menyampaikan bahwa lokasi tambang emas Poboya berada di atas Sesar Palu Koro yang aktif.
"Eksploitasi ini bisa memicu pergeseran sesar, gempa, atau longsor bawah tanah yang membahayakan Kota Palu," Erwin mengingatkan beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Dampak Oligarki Buruk Antony Salim, Bikin Resah Warga Poboya dan Sekitarnya
Ia juga khawatir akan dampak buruk terhadap sistem air tanah dan sungai Pondo. Menurutnya sumber air itu berpotensi mengering atau tercemar, yang mengancam kehidupan ribuan warga.
Erwin Lamporo menyatakan Macmahon hanya fokus pada keuntungan, sementara kerusakan lingkungan dan sosial ditanggung warga lokal.
"Hasil tambang mengalir ke luar negeri, tetapi limbah dan risikonya lainnya kita di sini yang akan menanggung" kritiknya beberapa waktu lalu.
Dukungan terhadap penolakan warga, juga disuarakanKetua DPD Pospera Sulteng, Aim Ngadi. Ia mengaku memahami adanya penolakan dari masyarakat.
"Menolak proyek yang mengorbankan lingkungan dan masa depan anak cucu, itu memang haru dialkukan," kata Aim dalam keterangan tertulisnya Februari lalu.