sosial-budaya

Warga Sirenja Donggala Kesulitan Air Bersih, Akibat Pengerukan Sungai Tompe

Minggu, 22 September 2024 | 15:22 WIB
Pengerukan Sungai Tompe menggunakan alat berat. (Foto: Dok)

METRO SULTENG - Tujuh dari 13 desa di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulteng, mulai kesulitan air bersih akibat pengerukan sungai Tompe.

Roni Bagian teknis pengelola PDAM Uelino Desa Sibado yang dikonfirmasi terkait hal tersebut mengungkapkan, kesulitan air bersih bukan hal yang baru terjadi tetapi pasca jebolnya bendungan irigasi di Desa Sibado.

"Kurangnya debit air karena jebolnya bendungan irigasi yang ada di Desa Sibado," katanya, Minggu (22/9/2024).

Baca Juga: Kades Tompe di Donggala Diduga Melakukan Pungli Terhadap Sejumlah Perusahan Yang Beroprasi di Sungai Tompe Tanpa Izin

Selain itu, kata Rony, pipa air yang kapasitas 30 liter per detik tidak mampu menarik air ke tempat penampungan dengan daya tampung 200 ribu liter saat distribusi karena dangkalnya penampungan debit air akibat penggerukan di Sungai Tompe yang dilakukan oleh pihak perusahan.

Rony menyayangkan, pembangunan yang dilakukan pihak perusahan bukannya membangun malah merusak yang lain.

Sementara itu, ibu Wati, salah seorang warga Desa Tanjung Padang mengatakan, kesulitan air bersih mulai terjadi pasca jebolnya bendungan. Tetapi tidak berlangsung lama. Namun ketika adanya pengerukan Sungai Tompe, bak PDAM Uwe Lino tidak bisa lagi menampung air bersih.

Baca Juga: Kemenangan Harga Mati, Loyalis Anwar Hafid Kompak Ajak Dukung Iksan di Pilbup Morowali

Menurut Wati, pengerukan Sungai Tompe yang dilakukan oleh sejumlah oknum itu mengakibatkan tempat penampungan debit air semakin kecil.

"Pipa PDAM so tagantong karena dorang gali pasir pake alat berat dibawa (Sungai Tompe_red)," katanya

Wati berharap, pemerinta desa segera melakukan antisipasi agar supaya krisis air bersih tidak semakin parah dan berkelanjutan.

Ditempat terpisah, ibu Desi Warga Desa Tompe mengatakan, kegiatan pengurukan sungai sudah berlangsung lama. Namun kasus ini diduga sengaja dibiarkan oleh pemerintah desa setempat.

Baca Juga: Mahasiswa UIN Palu Jalani KKN Internasional di Negeri Gajah Putih

"Dari 2020 sampe sekarang kegiatan penggerukan sungai tompe ini di kase biar karena ada keterlibatan oknum pemerintah desa," terangnya.

Dia menambahkan, bukan hanya itu hasil pengurukan Sungai Tompe diduga hanya dinikmati oleh oknum Kades cs. Padahal hasil itu bisa untuk memperbaiki atau digunakan untuk membangun di desa. *** (Ahmad Muhsin/Metrosulteng)

Halaman:

Tags

Terkini