"Betul. Tapi, syaratnya hanya orang-orang yang jujur, yang tidak pernah mencuri uang negara atau menyakiti rakyatnya yang bisa melihat surga di dalamnya. Orang-orang yang curang, para pengkhianat, para penjilat pasti tidak akan bisa melihatnya,’’ jelas Abu Nawas.
Khalifah lalu berbisik-bisik, akhirnya dia berkata: "Hai, Menteri Abbas, kau kukenal jujur dan terpercaya. Ambil peci Abu Nawas, dan coba buktikan benarkah ada penampakan surga di topi Abunawas sesuai dengan pengakuannya?"
Menteri Abbas gemetar memenuhi perintah sang Khalifah yang menjadi junjungannya. Karena selama ini, telah banyak uang negara yang dimakannya. Dia takut ketahuan belangnya. Maka dengan muka pucat diambilnya peci Abunawas yang butut itu untuk dilihat isinya.
Baca Juga: Sekda Pimpin Rapat Persiapan Pelaksanaan MTQ Ke-V dan Festival Lasqi Tingkat Kabupaten Morut 2023
Masya Allah, baunya bukan main busuknya. Mana sudah penuh daki dan noda-noda kotor pula. Tidak ada apa-apa apa disana. Apalagi bayangan surga, bayangan neraka pun juga tidak ada.
‘’Bagaimana Menteri Abbas?’’ tanya Khalifah. Menteri Abbas ketakutan mau memberikan kesaksiannya. Sebenarnya dia memang tidak melihat apa-apa. Tapi kalau dijawab apa adanya, dia takut Sultan mengetahui kecurangannya. Maka dia menjawab dengan terbata-bata.
‘’Hebat, hebat terlihat surga yang indah yang mulia. Terlihat bidadari berjalan ke sana kemari dengan riangnya.’’
Khalifah merasa sangat takjub mendengar kesaksiannya. Kini, giliran Khalifah memerintahkan kepada Menteri Harun untuk melihatnya. Menteri tersebut begitu pula pengakuannya. Sudah di bolak-balik peci itu, namun hanya bau busuknya yang menusuk hidungnya.
Tapi kalau ia menceritakan yang sebenarnya, dia khawatir Sultan marah karena memergoki ketidakjujurannya.
Padahal, Menteri Abbas sebelumnya sudah mengaku bisa melihat surga itu di peci yang sekarang dipegangnya. Kalau ia mengaku tidak melihat, berarti bakal terbukti korupsinya. Jadi dia pun menjawab dengan pura-pura mengagumi peci yang ada ditangannya.
‘’Masya Allah, jannatun naim, jannatul firdaus. Betul-betul tempat yang indah, rindang, mata air susu mengalir di mana-mana,’’ kata Menteri Harun sambil memperagakan ketakjubannya.
Para pejabat lainnya juga berlaku sama. Khalifah makin heran saja melihat kelakuan mereka. Karena penasaran, maka Khalifah sendiri yang akhirnya ingin membuktikannya. Buru-buru peci itu diambil dan diperhatikannya.
Betapa bingungnya sang Khalifah ketika semua pejabatnya melihat surga. Tapi, dia sendiri tidak melihat apa-apa dalam peci Abu Nawas itu, kecuali bau busuk yang menyengat hidungnya.
Padahal Khalifah merasa tidak pernah makan uang negara secara tidak halal, kecuali yang menjadi haknya. Khalifah juga merasa tidak pernah menyakiti hati rakyatnya. Bahkan dia terbersin-bersin mencium peci Abu Nawas yang sudah lama tidak dicucinya.
‘’Hai Abu Nawas, di pecimu, para menteriku semua melihat surga, dan isinya. Tapi aku tidak melihat apa-apa, kecuali bekas-bekas keringatmu yang busuk baunya. Jadi mereka jujur, dan akulah yang pengkhianat negara?’’ tanya Khalifah dengan rasa herannya.