sosial-budaya

Meniup Lalove dari Hidung, Warisan Kebudayaan Masyarakat Suku Unde dari Pegunungan Kamalisi

Minggu, 24 September 2023 | 14:52 WIB
Pelaksanaan pelatihan pembuatan lalove dan meniup dari hidung yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XVIII Sulteng - Sulbar, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. FOTO: DOK

METRO SULTENG - Meniup Lalove dari hidung merupakan cara unik yang melekat pada masyarakat Suku Unde dari pegunungan Kamalisi Kabupaten Donggala.

Di sana sejak 300 tahun lalu menggunakan instrumen ini sebagai alat untuk menjaga hubungan manusia dengan alam khususnya tanaman padi di ladang.

Baca Juga: Seruan Dukungan dan Doa, Perayaan 17 Agustus Tahun Depan Dilaksanakan di IKN

Hal itu disampaikan Hajir selaku pelatih dan pelaku peniup lalove dari hidung pada pelaksanaan pelatihan pembuatan lalove dan meniup dari hidung yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XVIII Sulteng - Sulbar, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 1 hingga 3 September 2023 dan dilaksanakan didua tempat yaitu di posyandu Dusun III dan di SD satu atap di Desa Povelua Kecamatan Banawa Tengah Kabupaten Donggala.

Baca Juga: Konsolidasi Bacaleg PKB Se-Sulteng di Tolitoli, Wasekjen Bowo Timumun Tergetkan Menang Besar

Pelaksana Program Smiet Lalove, mengatakan, kegiatan itu merupakan program bantuan dana fasilitasi kebudaayan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut ia awalnya mengusulkan programnya ke kementerian dengan harapan akan ada tanggapan serius dari pemerintah akan pentingnya upaya penyelamatan lalove ditiup dari hidung.

Smiet menjelaskan, pelatihan ini dibuat seperti layaknya penampilan di pentas seni dan dilakukan pada malam hari agar pesertanya merasa percaya diri.

Baca Juga: Ketua DPD PAN Morowali Utara Minta Bawaslu Tegur Alokasi Bantuan Demi 2024 ?

“Kami seting seperti seni pertunjukan agar mereka merasakan bagaimana rasanya tampil di depan umum, dan dengan kesederhaan mereka.mampu memukau penonton walaupun hanya masyarakat desa Povelua,” terangnya.

Ia menuturkan lalove salah satu intrumen yang terbuat dari bambu vo dan hanya terdapat di puncak gunung.

“Suaranya akan nyaring dapat terdengar antar lembah dan sekitar gunung, seperti itu kondisi yang mereka ceritakan dan bahkan saat musim padi menguning di gunung suara itu layaknya seperti konser Lalove di alam,” tuturnya.

Baca Juga: Sidang Paripurna DPRD Tojo Una Una Bahas Empat Ranperda Usulan Eksekutif

Smiet menambahkan, salah satu alat musik tertua di dunia dan terunik ini memiliki 3 lobang nada, 2 di bawah satu di atas cara memainkan dan meniupnya pun sangat sulit butuh dan keterampilan khusus.

“Meniup lalove dari hidung tidak sekedar unik namun sakral bagi Petani di pegunungan Kamalisi Suku Unde, salah satunya Puntana bagian dari Povelua, tempat tertinggi tempat ladang petani,” ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini