METRO SULTENG - Aliansi Rakyat Tani (ARTI) di Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, melakukan aksi penolakan kehadiran aktifitas pertambangan PT Trio Kencana.
ARTI Kasimbar menuntut Pemerintah agar segala bentuk pertambangan tidak masuk di desa tersebut. Karena pertambangan dinilai akan memberikan dampak kerugian yang sangat besar.
"Kami menolak segala bentuk pertambangan baik legal maupun ilegal, mendesak Gubernur Sulawesi Tengah untuk segera mengeluarkan surat rekomendasi pencabutan IUP PT Trio Kencana ke Kementrian ESDM, mendesak Camat Kasimbar segera mengganti pengurus adat Kasimbar yang telah mencederai adat, dan mendesak Polda Sulteng segera mengusut tuntas kasus penembakan salah seorang warga Tinombo Selatan yang tertembak pada bulan Februari silam," kata Sadiq, Kordinator Lapangan, dalam keterangan tertulis, Rabu (03/09/22).
Baca Juga: PKS Tolak Kenaikan BBM, Surati Jokowi, Rakyat Terpukul Saat Mau Bangkit dari Pandemi
Baca Juga: Bupati Morowali Utara Resmikan Pengoperasian Pusat Informasi Kesehatan Puskesmas
Sebelumnya, Sadiq menjelaskan penolakan kehadiran perusahaan tambang emas PT Trio Kencana itu telah dilakukan oleh warga di tiga kecamatan yakni Kasimbar, Toribulu, dan Tinombo Selatan.
"Karena perusahaan itu telah dikantongi izin operasi produksi dari Gubernur Sulteng sebelumnya, Longki Djanggola. Perusahaan ini telah memulai eksplorasi pertamanya sejak 2017, berlanjut pada 2018, yang kemudian tertuang dalam Surat Keputusan Operasi Produksi bernomor 540/426/IUP-OP/DPMPTSP/2020 itu," kata Sadiq.
PT. Trio Kencana memiliki luasan konsesi sebesar 15.725 hektare. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi itu berlaku sejak 28 Agustus 2020 hingga 27 Agustus 2040.
Lebih lanjut, menurut Sadiq aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap pemerintah khususnya Gubernur Sulteng. Dinilai memaksa pertambangan untuk hadir di tiga kecamatan itu.
Baca Juga: Saturday Night, THM & Warkop di Padati Warga di Tomoni
Baca Juga: Siva Aprilia Ternyata Suka Fantasikan Sosok Pria Yang Menawan
Padahal, kata Sadiq, sepanjang perjalanan aksi penolak tambang sudah memakan korban. Namun pemerintah masih menghadirkan Tambang tersebut.
"Sudah ada korban, tapi pemerintah tetap ngotot untuk menghadirkan tambang. Kami akan terus melakukan penolakan sebagaimana yang telah menjadi tekad kami bahwa IUP PT Trio Kencana harus angkat kaki dari kampung halaman kami. Parimo tak butuh tambang, kami hanya butuh lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," pungkasnya. ***